Daging Sapi Naik tapi Harga Kulit Tidak
Ambo Asse mewakili rekan-rekannya di Kutai Timur berharap agar harga kulit sapi bisa naik, seperti harga daging sapi yang setiap tahun naik
TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Pedagang kulit sapi di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, mengaku belum gembira karena sejak 2011 hingga kini harga kulit sapi hanya naik tipis berkisar Rp 500-Rp 1.000 per kilogram.
Menurut salah seorang pedagang, Ambo Asse (47 tahun), Minggu (3/2/2013), selama dua tahun terakhir, harga kulit sapi basah tidak menggembirakan, bahkan menyedihkan karena hanya naik rata-rata Rp 1.000 per kilogram, dari sebelumnya Rp 10.500 hingga Rp 11.000 per kilogram naik menjadi sebesar Rp 12.000 per kilogram (Kg).
"Saat ini, memasuki minggu pertama bulan Februari 2013 harga kulit sapi basah sebesar Rp 12.000 per kilogram, atau hanya naik Rp1.000 per kg dari tahun 2011 sebesar Rp 11.000 per kg dan bertahan selama tahun 2012," kata Ambo Asse, Minggu (3/2/2013).
Ia mengatakan, kenaikan sebesar Rp 1.000 per kg tidak memberikan keuntungan apa-apa, sebab biaya pengolahannya butuh biaya besar, terutama penggunaan zat garam berkualitas cukup banyak.
Meski begitu, katanya, saat ini para pengusaha kulit sapi tidak lagi kesulitan memasarkan seperti beberapa tahun lalu. Bahkan berapa pun jumlah kulit sapi yang kita miliki mudah memasarkan, sebab sudah banyak pengusaha dari luar yang datang mencari kulit sapi.
Ambo Asse, mengatakan tidak lagi sulit memasarkan kulit sapi karena sudah mendapat langganan yang secara rutin membelinya. Bahkan diakui, dirinya setiap minggu bisa memasarkan kulit sapi basah rata-rata dua ton.
"Saya setiap minggu rata-rata menjual dua ton kulit sapi dalam kondisi masih basah dengan harga Rp 12.000 per kilogram," katanya.
Ambo Asse mewakili rekan-rekannya di Kutai Timur berharap agar harga kulit sapi bisa naik, seperti harga daging sapi yang setiap tahun naik, bahkan dalam setahun bisa naik hingga berkali-kali.
Sulitnya harga kulit sapi di daerah ini naik seperti barang-barang lainnya, mungkin dikarenakan belum adanya asosisasi yang memayungi atau sehingga harga masih dikendalikan para tenggkulak/spekulan dari luar.
"Belum ada asosiasi yang menaungi kami, itulah makanya harga kulit sapi tetap saja bertahan selama bertahun-tahun. Kami tidak mengerti bagaimana agar harganya naik seperti barang lainnya," ujar dia.