Pembatas Tugu Jebol Diserempet Bus
Kerusakan berupa ambrolnya bagian pojok sisi barat laut pedistrian selebar lebih kurang satu meter
*Dinas Kebudayaan Tegaskan Tugu Bukan Ruang Publik
TRIBUNNEWS.COM YOGYA, - Belum genap sepuluh hari Tugu Pal Putih selesai direvitalisasi dan dibuka, Selasa (18/12/2012), pedistrian yang berfungsi sebagai pembatas tugu sudah rusak. Kerusakan berupa ambrolnya bagian pojok sisi barat laut pedistrian selebar lebih kurang satu meter itu dikarenakan terserempet roda belakang bus pariwisata yang melintas pada Selasa (25/12/2012) sekitar pukul 22.00.
Kejadian ini diketahui oleh, Jumakir (42), seorang pebecak yang mangkal di sekitar tugu. Dikisahkannya, bus yang melaju dari arah barat awalnya hendak berbelok ke selatan (Jalan Mangkubumi). Namun, karena bus dilarang melintas ke jalan tersebut, sang supir lantas mengarahkan ke arah timur, meski moncong bus sudah serong ke selatan.
"Badan bus yang terlalu mepet membuat roda belakang menyerempet pembatas tugu sampai ambrol seperti itu. Saya tidak memerhatikan nama busnya apa, tapi yang jelas supir tidak berhenti dan terus melaju ke arah timur," terang Jumakir, saat ditemui di kawasan Tugu Pal Putih, Rabu (26/12).
Dari pengamatan Tribun Jogja, kerusakan pada pedistrian selebar 0,5 meter juga terjadi tepat di pojok sisi tenggara sejak sepekan lalu. Namun, dengan runtuhan yang lebih kecil dibandingkan kerusakan di sisi barat laut, sekitar 30-40 centimeter. Diperkirakan rusaknya sebagian pembatas tugu itu disebakan tersenggol kendaraan yang melintas.
Kepala Bidang Sejarah Purbakala dan Museum Dinas Kebudayaan DIY, Nursatwika, terkejut dengan kabar tersebut. Karena pihaknya belum mendapat laporan belum mendapat laporan dari masyarakat atau pihak lain.
Namun demikian, Nursatwika menyatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan perbaikan pada beberapa bagian yang mengalami kerusakan. Terlebih, masih ada masa pemeliharaan selama tiga bulan terhitung per 18 Desember 2012 yang ditanggung oleh pelaksana revitalisasi tugu, CV Citra Kalista.
"Saya baru mengetahui adanya kerusakan ini. Kami akan bertanggungjawab dengan langsung meminta pihak pelaksana melakukan perbaikan. Masa pemeliharaan selama tiga bulan mendatang sama dengan garansi jika terjadi kerusakan usai dilakukan revitalisasi," terang Nursatwika.
Selain rusaknya bagian pembatas tugu, Tribun Jogja pun mendapati adanya bekas tapak kaki maupun tapak sepatu di bagian trap pertama dan ke dua tubuh tugu. Artinya, ada pengunjung yang masuk dan menyentuh langsung tubuh tugu. Meskipun hal itu dilarang dengan memberikan pembatas berupa buffer space (taman) yang ditanami pohon Cempaka Mulya.
Pada bagian dalam buffer space maupun di sekeliling luar pedistrian juga nampak sampah berserakan yang sangat mengganggu keindahan tugu. Baik itu sampah sisa bungkus makanan maupun minuman ringan, tisu, puntung rokok, plastik bungkus es lengkap dengan pipet (sedotan) sampai kaleng bir yang ditinggal begitu saja oleh para pengunjung.
Dijelaskan Nursatwika, sedari awal tugu direvitalisasi dengan menelang anggaran sebesar Rp 688.862.000 ini memang tidak diperuntukkan sebagai ruang publik. Dimana masyarakat bisa dengan bebas menjadikannya tempat untuk nongkrong dengan durasi lama. Melainkan, pemberian buffer space dan pedistrian di sisi terluar adalah untuk mengakomodir pengunjung yang hendak berfoto dengan latar belakang tugu, namun tidak harus naik atau menyentuh badan tugu secara langsung.
"Kami tahu bahwa sekarang pedistrian dan pelataran tugu digunakan para pengunjung untuk nongkrong. Padahal itu bukanlah ruang publik seperti titik nol kilometer atau lainnya. Kami memberikan buffer space untuk melindungi tugu dari kerusakan. Oke lah, berfoto dengan latar belakang tugu di pedistrian yang telah disediakan. Tapi kami himbau jangan nongkrong di pelatarannya, itu sangat membahayakan diri maupun pengendara yang melintas," ungkapnya.
Maka dari itu, Dinas Kebudayaan DIY berkoordinasi dengan beberapa pihak, seperti Kepolisian dan Satpol PP Kota Yogyakarta, akan memertimbangkan menempatkan petugas khusus untuk memonitor tugu pada jam tertentu. Terutama saat malam hari, dimana tingkat pengunjung dominan berwisata atau menghabiskan waktu di sekitar tugu.
"Petugas khusus itu lah formulasi yang tepat untuk menjaga ketertiban di sekitar tugu. Petugas itu nantinya akan mengatur pengunjung untuk tidak nongkrong di pelataran tugu. Silahkan berfoto tapi jangan terus menghabiskan waktu disana dengan duduk-duduk. Kalau mau nongkrong kan sudah disediakan tempat duduk di bagian tenggara," kata Nursatwika.
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, pun merasa kurangnya ruang publik di Yogyakarta membuat masyarakat mencari alternatif untuk berinteraksi dengan lainnya di luar rumah. Satu diantaranya adalah tugu yang notabene landmark kota yang menarik. Bukan hanya bagi warga lokal, tapi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
"Memang ruang publik di sini (Yogyakarta) cukup minim. Bahkan kali pun dijadikan tempat nongkrong, terutama anak muda. Tapi tidak perlu lah nongkrong di tengah-tengah wilayah tugu. Tugu kan fungsinya sebagai tetenger atau penanda, silahkan dinikmati tanpa harus mendekat," ujar Sultan, beberapa waktu lalu. (hdy)
Baca Juga :
- Saat ini Ada Empat Jenderal Maju ke Cagub Jateng 6 menit lalu
- Mantan Oknum TNI AL Aniaya Warga dan Ancam Korban Dengan Sangkur 26 menit lalu
- Rumah Ini Berberkah, Garuda-Na Akan Menang 36 menit lalu