Jumat, 3 Oktober 2025

Keluarga Pasien RSJ yang Kabur Acuh tak Acuh

Membeludaknya jumlah pasien di RSJ Pusat Banda Aceh, terutama disebabkan tidak berimbangnya rasio

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Keluarga Pasien RSJ yang Kabur Acuh tak Acuh
Serambi Indonesia

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH -- Membeludaknya  jumlah pasien di RSJ Pusat Banda Aceh, terutama disebabkan tidak berimbangnya rasio antara pasien yang ke luar dengan yang masuk. Hal ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab kaburnya 17 pasien rumah sakit itu.

“Yang masuk banyak, tapi yang ke luar sedikit. Padahal, sebagian besar dari total pasien itu sudah sembuh, tapi tidak bisa pulang karena tidak dijemput keluarganya,” kata Kabag Humas RSJ Aceh, Azizurrahman. 

Kurangnya kepedulian keluarga tersebut juga dibenarkan dr Ibrahim Puteh SpKJ, dosen dan psikiater yang bekerja di RSJ Pusat Banda Aceh. “Sebagian besar keluarga pasien jiwa seperti orang buang sampah saja saat menyerahkan anggota keluarganya untuk diterapi atau dirawat di RSJ Banda Aceh. Setelah dibuang, sampah itu kan tidak pernah dilihat lagi. Nah, begitulah tamsilannya,” kata Ibrahim Puteh kepada Serambi. 

Dengan jumlah penghuni 750 orang, RSJ Pusat Banda Aceh saat ini tergolong overcapacity (melebihi daya tampung). Ini menyulitkan manajemen rumah sakit melakukan perawatan dan pembinaan. Pasien pun merasa tidak nyaman, karena tidur berdesakan di dalam sal.

Ibrahim Puteh mengatakan, seharusnya ketika keluarga pasien acuh tak acuh, Dinas Sosial (Dinsos) harus proaktif menjemput dan menampung pasien pascarawatan dan menyantuni mereka. Misalnya, memberi mereka sandang dan pangan serta penghidupan yang layak. “Ironisnya, Dinsos yang sedianya menampung pasien pascarawatan, tidak begitu tanggap,” kata Ibrahim Puteh.

Selain itu, lanjut Ibrahim, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) juga sedianya bertanggung jawab terhadap mantan pasien jiwa. Melalui Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikelola Disnaker, sedianya para mantan pasien jiwa itu diberikan pelatihan kerja (vocational training).

Rehabiltasi vokasional, menurut Ibrahim Puteh, mestinya tetap berjalan, sehingga eks pasien jiwa punya keterampilan agar ia bisa menghidupi dirinya. “Tapi ternyata program ini tidak pernah terealisir,” kata Ibrahim Puteh yang juga dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah. (Serambi Indonesia/dik/mir)

Baca juga:


Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved