Seorang Warga Terseret Air Bah
Sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung terendam menyusul hujan deras yang terjadi sepanjang
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung terendam menyusul hujan deras yang terjadi sepanjang siang hingga Minggu (18/11/2012) malam. Di Kecamatan Soreang, banjir bahkan menelan korban. Ia tewas setelah terseret air bah di Desa Cingcin, kemarin sore. Namun, identitas korban belum diketahui.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Marlan mengatakan, korban merupakan warga Citalitik, dan jenazahnya ditemukan di daerah Cingcin Permata.
"Korban sudah ditemukan dan dievakuasi dalam keadaan meninggal. Korban adalah putra dari Ujang, warga Citalitik, Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang," katanya kepada Tribun melalui pesan BlackBerry.
Marlan mengatakan, informasi lain yang juga ia terima semalam, sebuah jembatan di Kampung Cibisoroh, Solokan Jeruk, juga ambruk akibat luapan air. Namun, hingga berita ini ditulis, belum diketahui pasti adanya korban atau tidak.
Pantauan Tribun, kemarin, selain di Soreang,, banjir juga terjadi di Kecamatan Banjaran, Baleendah, dan Kutawaringin. "Kami masih melakukan evakuasi. Laporan genangan air ada di Kamasan, Banjaran, Kutawaringin, dan Soreang," katanya.
Selain di permukiman penduduk, genangan air juga terjadi di halaman belakang Mapolres Bandung. Ketinggian air diperkirakan mencapai setengah meter, akibat luapan sungai yang terletak di belakang Mapolres Bandung.
"Genangan air ini baru pertama kalinya. Tapi baru di halaman belakang Mapolres. Belum sampai ke ruangan-ruangan. Kalau kerugian pasti ada. Genangan air terjadi sejak sore sekitar pukul 16.00," ujar Wakapolres Bandung, Ajun Komisaris Polisi Febry.
Dia menambahkan, pihaknya berencana akan melakukan pemagaran secepat mungkin di bagian belakang Mapolres Bandung untuk melakukan antisipasi meluapnya kembali sungai yang menyebabkan genangan air di halaman belakang Mapolres Bandung.
Camat Baleendah, Uka Suska Pujiatama, mengatakan di Baleendah genangan air sudah masuk ke gang-gang permukiman, namun belum ada yang masuk ke rumah-rumah. "Saya tetap memantau. Genangan air ini sepertinya kiriman dari beberapa wilayah di sekitarnya," katanya kepada Tribun melalui sambungan telepon, semalam.
Kemarin, air juga meluap terjadi di Jalan raya Rancaekek, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Akibatnya akses jalan yang menuju Bandung itu terhambat. "Bandung menuju Garut terhambat banjir sedalam lutut orang dewasa, tepatnya di depan PT Five Star Textile," kata Engkos Koswara ketika dihubungi melalui ponselnya, Minggu (18/11/2012).
Banjir tersebut, kata Engkos, membuat jalur kendaraan yang menuju arah Bandung itu menjadi satu jalur. Pasalnya jalur sisi sebelah kiri dari arah Bandung menuju Garut itu terendam banjir. Tak pelak kendaraan harus antre untuk menghindari luapan banjir itu. "Macetnya dari By Pass Cicalengka sampai depan Dome Al Masoem," katanya.
Menurutnya, banjir terjadi karena air sungai di Rancaekek meluap tak lama setelah hujan deras.
Menyusul datangnya musim penghujan, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum juga terus melakukan persiapan penanggulangan bencana, terutama banjir. Kepala BBWS Citarum, Hasanudin, mengatakan pihaknya bisa dihubungi setiap saat karena ada petugas yang piket selama 24 jam mulai November ini.
"Kami siap kapan saja kalau masyarakat butuh bantuan. Apa pun bantuan yang bisa kirim, akan kami kirim. Kami sudah mempersiapkan alat transportasi dan evakuasi, seperti perahu karet," katanya ketika ditemui di Kantor BBWS.
Dia menambahkan, ada enam perahu karet yang telah mereka siapkan, dan bisa langsung diturunkan ke lokasi yang membutuhkan bantuan. Selain itu, disiapkan 13 unit pompa dengan kapasitas 200 sampai 400 liter per detik. Pompa ini berfungsi untuk mengurangi genangan air.
"Masyarakat bisa menghubungi nomor 022-7564073 untuk meminta bantuan kami. Ada petugas yang standby selama 24 jam. Nantinya perahu karet akan disiagakan di tempat- tempat yang memang rawan banjir, seperti di Cieunteung, Baleendah," ujarnya.
Sampai November ini, ujarnya, pengerukan yang dilakukan BBWS di hulu Sungai Citarum sudah mencapai sekitar 50 persen. Dengan adanya kemajuan pengerjaan fisik itu, diharapkan banjir yang selalu menggenangi daerah di sekitar sungai bisa ditekan dan tidak parah seperti tahun-tahun sebelumnya.
Satker Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Citarum, Achmad Sajidin menambahkan, kendala pengerukan Sungai Citarum yang dilakukan eskavator dan truk adalah banyaknya sampah. Namun, pihaknya tetap meneruskan pekerjaan sesuai jadwal. (Tribun Jabar/Guy/Cis)