Jumat, 3 Oktober 2025

Pipa Minyak Pertamina Meledak

Pangdam II Sriwijaya Geram Pencurian Minyak Marak

Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo dibuat geregetan dengan kejadian itu.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Pangdam II Sriwijaya  Geram Pencurian Minyak Marak
DOK
Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo

TRIBUNNEWS.COM  BAYUNG LINCIR - Sebanyak lima orang tewas dan 17 mengalami luka bakar akibat ledakan pipa minyak mentah milik PT Elnusa, anak perusahaan PT Pertamina di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Kilometer 219, Sumatera Selatan, Rabu (3/10) pukul 05.30 WIB.

Lidah api yang membakar minyak menyambar hingga 30 meter, menerjang puluhan orang warga yang berada di lokasi.

Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo dibuat geregetan dengan kejadian itu. Pangdam menunjukkan rasa kesalnya karena permainan minyak secara illegal terus dibiarkan bertahun-tahun.

Rasa dongkolnya ia tunjukkan saat mengunjungi kebakaran di lokasi pencurian minyak,kemarin sore.

"Ini masih kecil. Ada yang lebih besar. Kamu mau lihat? Ayo kita ke sana," ujar jenderal bintang dua ini kepada Tribun Jambi, kemarin.

Pangdam, diikuti Kapolres Musi Banyuasin (Muba) Toto Wibowo, Wabup Muba Beni Hernedi, dan Camat Bayung Lincir Demon Hardian beranjak dari Dusun Sri Maju, meluncur ke arah Palembang. Sekitar 3 km dari lokasi kebakaran, berbelok masuk ke sebuah jalan yang lebih kecil.

Kurang 1 km dari jalan lintas Jambi - Palembang, mobil Pangdam berhenti di depan sebuah kebun karet. Dari pinggir jalan langsung terlihat puluhan drum di dalam kebun karet, di sebelah kiri jalan.

"Ini yang saya maksud tadi. Pengolahan minyak yang seperti dibiarkan saja," ujar Pangdam menunjuk dengan tongkat komando di tangan kanannya.

Di Desa Bayat Ilir, masih di Kecamatan Bayung Lincir, nama lokasi pengolahan minyak mentah tersebut, tak ubahnya pabrik kecil. Ditempatkan di alam terbuka. Setidaknya ada 55 drum di dalam kebun karet tersebut. Juga terdapat 4 tedmond (tandon air) berbagai ukuran di dekat pondok pekerja.

Ketika beberapa drum diketok dengan sebilah kayu, terdengar suara berisi penuh. Namun tidak demikian dengan tedmond yang diletakkan lebih jauh ke belakang, di dalam empat tedmond itu tak terlihat adanya minyak.

Selain drum dan tedmond, juga terlihat kepulan asap yang terus menerus keluar dari tanah. Asap keluar dari sebuah cerobong yang mencuat sekitar 10 cm dari permukaan tanah.
Di atasnya, ditutup dengan atap yang terbuat dari seng, setinggi kurang lebih 1 meter. Sebuah drum juga ditaruh berjarak sekitar 1 meter dari cerobong asap ini, juga ditutup dengan atap seng. Limbah dari proses pemasakan minyak ini juga terlihat menetes dari pipa yang diatur sedemikian rupa.

Itulah mesin pengolah minyak mentah yang ditemukan di lokasi tersebut. Di tengah kebun karet ini saja, ada lima pasang mesin yang terlihat terus bekerja. Tentu saja lengkap dengan beberapa orang pekerja yang juga berada di lokasi.

Seorang pria berusia sekitar 50 tahunan yang berada di lokasi ditanyai oleh Kapolres Toto Wibowo. Kepada Kapolres, pria ini mengaku tidak tahu siapa pemilik pabrik minyak tersebut. Ia datang ke tempat ini berniat untuk membeli minyak.

"Benar pak. Aku dak tau siapo yang punyo. Aku nak beli minyak bae ke sini," ujar pria yang terlihat ketakutan.

Pangdam mengatakan, di lokasi yang tidak berjauhan, ada lebih dari 50 pabrik yang sama. Lokasi pabrik minyak tersebut juga berada di ruas jalan yang sama, bahkan di desa yang sama, yakni Bayat Ilir.

Dikatakannya, pemilik pabrik beralibi mengolah minyak yang diambil dari sumur-sumur minyak tua yang tidak lagi diurus oleh perusahaan. Jumlah sumur tua di Muba memang cukup banyak, yakni 675 sumur.

"Ini hanya modus (minyak dari sumur tua). Cover saja. Bisa jadi minyak curian yang lebih banyak diolah di sini. Katanya ada upaya (mengusut). Tapi hanya pura-pura," katanya.

Pangdam yang juga sudah berkunjung ke Jambi ini mengatakan, mestinya kasus ini diusut tuntas. Pasalnya kasus ini terjadi di depan mata petugas, baik polri maupun TNI.

Pembiaran atas hal seperti ini, dikatakannya, seharusnya tak terjadi. Dikatakan Pangdam, pengusutan tidak bisa setengah-setengah. Penindakan juga harus menyentuh hingga ke penampung besar dari minyak-minyak curian tersebut. Apalagi Pertamina diketahui mengalami kerugian hingga miliaran rupiah per bulan akibat pencurian minyak mentah.

"Saya datang ke sini karena ini (minyak) adalah aset nasional. Harus diselamatkan," ujarnya lagi.

Menurutnya, kebakaran yang menelan korban jiwa ini seharusnya menjadi pelajaran penting. Apalagi pencurian seperti ini sudah turun temurun di wilayah Muba sehingga terkesan ada pembiaran dari pihak berwajib.

Kapolres Muba AKBP Toto juga mengakui angka pencurian minyak mentah di wilayah hukum Pores Muba sangat tinggi. Ia juga mengakui, jika pabrik minyak di tengah kebun karet seperti ini jumlahnya sangat banyak.

"Di sekitar sini saja bisa lebih dari 50. Ini yang kecil. Di sana (menunjuk ke sepanjang jalan), masih banyak lagi," sebutnya.

Kapolres mengatakan, bahkan sudah ada koperasi yang khusus mengurus penyulingan minyak ini. Pabrik tersebut juga sudah mendapat rekomendasi dari Pemkab Muba untuk mengurus izin ke Dirjen Migas.

Menurut Kapolres dari pengakuan pelaku, minyak diambil dari sumur tua hanya modus. Pada kenyataannya, tidak sedikit minyak curian yang diolah.

Pengakuan yang hampir senada disebutkan Beni Hernedi, Wabup Muba. Beni mengakui sudah ada Koperasi bernama Salam Desa, yang mengelola penyulingan minyak ini. Namun ia membantah jika pihaknya sudah memberi izin, karena yang diberikan pemkab hanya sebatas rekomendasi.

"Izin itu bukan wewenang kita. Pemkab hanya berikan rekomendasi untuk koperasi sebagai syarat mengurus izin ke Dirjen Migas," ujarnya.

Beni juga mengatakan, aktivitas penyulingan minyak di tengah kebun ini bukan lah hal baru. Melainkan sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Wabup yang juga mengaku lahir dari daerah ini, mengatakan sudah melihat pengolahan minyak itu sejak ia masih kecil.

Seorang pekerja Pertamina yang tidak bersedia menyebut nama mengatakan angka pencurian minyak mentah memang luar biasa tingginya. Terutama di ruas pipa yang membentang dari Tempino - Sungai Lilin. Dari pipa yang membentang sepanjang sekitar 170 km ini, 68 ribu barel minyak mentah raib setiap bulannya.

"Kalau dihitung, mungkin setiap 50 meter sudah ada kebocoran yang diakibatkan pencurian. Kerugian ya sekitar Rp 8 miliar per bulan," ujarnya. (lis)

Baca  Juga  :

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved