Sopir Terbaik Medan: Semua Saya Lakukan untuk Anak Saya
Usai penyerahan hadiah, Rasyidin mengaku bukan lah sopir paling baik di Kota Medan.
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Setelah lima hari penataran, termasuk kegiatan outbound pada akhir pekan lalu, Dinas Perhubungan Kota Medan akhirnya memilih enam jawara pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan (AKUT) Tingkat Kota Medan 2012.
Dari 100 sopir utusan perusahaan angkutan perkotaan di Kota Medan, Rasyidin (45) didaulat sebagai juara.
Menurut panitia, sopir taksi Blue Bird meraih nilai 84 atas pemahaman pengetahuannya tentang materi yang diberikan selama penataran, seperti bidang lalu lintas, asuransi, psikologi, kesehatan, dan keselamatan kerja.
Juara dua direbut Krisman Siagian dari RMC, disusul R Turnip dari KPUM. Para peserta juga dinilai dari partisipasi dalam membentuk dinamika dan sikap, selama mengikuti acara yang dimulai sejak Jumat (29/8/2012) lalu.
Usai penyerahan hadiah, Rasyidin mengaku bukan lah sopir paling baik di Kota Medan. Dengan rendah hati ia mengatakan, rekan-rekan lain satu perusahaan masih banyak yang lebih bisa jadi teladan.
"Ini saya persembahkan untuk anak saya," kata Rasyid yang merupakan orangtua tunggal, Rabu (29/8/2012).
Mantan sopir pribadi dosen Universitas Sumatera Utara menuturkan, anak dan orangtuanya berharap ia bisa menorehkan prestasi pada ajang ini.
Ia merasa punya pengetahuan dan wawasan yang cukup tentang materi yang diajarkan pada penataran, dan sejak awal bertekad meraih gelar kampiun, yang tidak berhasil didapat pada ajang serupa tahun sebelumnya.
Rasyidin bercerita, lepas dari pekerjaan sebagai supervisor perkebunan kelapa sawit di Riau, ia sempat bingung akan bekerja apa di Medan.
Ia mencoba jadi sopir angkot minibus, di Medan disebut angkot pintu samping. Merasa kurang cocok, ia beralih.
Namun, karena memikirkan nasib anaknya, ia memutuskan jadi sopir pribadi.
"Semua akan saya lakukan untuk anak saya," ujar alumni Fakultas Manajemen Unsyiah.
Hingga kini, hati Rasyidin masih menangis, jika mendapat penumpang rekan-rekan kuliahnya yang ia nilai telah jadi orang sukses.
Pada Agustus 2010, Blue Bird membuka lowongan di Kota Medan. Rasyidin melamar, karena tahu perusahaan ini cukup bonafid.
November 2010, ia sudah meluncur di jalan dengan si taksi biru. Karena dianggao punya kualitas kepemimpinan, Rasyidin diangkat sebagai ketua grup, yang memberi arahan kepada 20 sopir lain yang lebih muda.
Rasyidin mengaku masih kesulitan mengatur diri, terutama dalam menjaga kesehatan.
"Saya enggak kontrol diri dalam hal makanan yang banyak mengandung kolesterol, jadi temperamental. Waktu tidur juga sering kurang, apalagi kalau ada pertandingan Barcelona versus Madrid," ungkapnya seraya tertawa.
Di luar itu, sehari-hari ia jadi pengemudi yang taat berlalu lintas. Rasyidin juga berusaha agar penumpang taksinya merasa nyaman, dan tidak bertambah lelah selama perjalanan.
Minimal, ia memutar musik yang menenangkan, atau mengatur suhu sesuai keinginan pelanggan.
"Paling enak dapat tamu yang jauh. Kalau tamunya baik, mereka kasih tips yang besar," tutur ayah satu anak.
Walau penghasilannya cukup untuk membiayai sekolah anak dan membantu orangtua, seperti para sopir lain, Rasyidin kadang punya masalah.
Namun, saat sudah memegang setir, ia berusaha meninggalkan masalah, dan fokus pada pekerjaan. Berdasarkan pengalaman, jika berbagai permasalahan turut dibawa, minimal mobilnya bakal menyenggol kendaraan lain.
Lantas, mau dipakai buat apa hadiah Rp 5 juta yang diraih Rasyidin?
"Habis ini saya akan merayakan bersama teman-teman. Setelah itu, sisanya mungkin untuk tambah-tambah beli laptop anak," papar ayah Cut Teta Nesya. (*)
BACA JUGA