Lakukan Operasi Telur, Pemprov Diusir Pedagang
Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim, Budi setiawan,

TRIBUNEWS.COM,SURABAYA- Khawatir dagangannya tidak laku, sejumlah pedagang telur di Surabaya menolak dan mengusir keberadaan petugas yang sedang menggelar operasi pasar untuk menetralisir melonjaknya harga telur di pasaran.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim, Budi setiawan, Selasa (14/8/2012).
Menurut Budi, pengusiran oleh sejumlah pedagang tersebut terjadi di Pasar Wonokromo Surabaya. Mereka keberatan jika operasi pasar telur digelar secara terus menerus.
"Alasannya dagangan menjadi menurun dan tidak laku. Karena harga yang ditawarkan lebih tinggi dibanding harga operasi pasar," ujarnya, usai peringatan Hari Pramuka di Gedung Negara Grahadi.
Tak mau berkonflik dengan pedagang, Disperindag, kata Budi lantas memerintah anak buahnya untuk menggelar operasi pasar secara hit and run. Artinya, operasi digelar dengan cara berpindah-pindah dari pasar tradisional satu ke pasar tradisional lainnya.
"Hari ini di pasar Pucang, besoknya di pasar Tandes, dan seterusnya secara bergantian," jelas Mantan Kepala Biro Perekonomian Jatim ini.
Meski demikian, dampak dari operasi telur yang dilakukan sejak 8 Agustus lalu berhasil menormalisasi harga telur di pasaran. Tak mau telurnya tidak laku, pedagang akhirnya memilih menjual telurnya ke konsumen dengan harga normal, yakni dibawah Rp 14 ribu/kg seperti.
Itu dilakukan karena dalam operasi pasar yang dilakukan Pemprov Jatim, per kg telur hanya dijual Rp 12.7000 atau ada selisih hampir 1.300 dengan harga yang dijual para pedagang.
Budi menyebut, karena cukup banyaknya permintaan telur, selama enam operasi pasar telur yang terserap sudah mencapai sekitar 1.000 ton.
"Karena harga sudah normal, pemerintah tidak akan ikut campur lagi. Tapi kalau nanti harga melonjak naik, kita akan menggelar operasi pasar lagi," tegas Budi.