Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan Kunjungi RAPP
Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan Kementerian Kehutanan RI Ir Lamris Sitompul, berkunjung ke Kerinci Central Nursery (KCN) PT Riau

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Harismanto
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN KERINCI - Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan Kementerian Kehutanan RI Ir Lamris Sitompul, berkunjung ke Kerinci Central Nursery (KCN) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Kamis (26/7/2012). Lamris datang bersama Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah Sumatera di Palembang Toni Kartinan beserta staf lainnya.
Pada kesempatan itu, ia mengatakan, wacana Pengelolaan Hutan Lestari atau lebih dikenal dengan Sustainable Forest Management tengah gencar-gencarnya diterapkan di negara ini. Pada prinsipnya, manajemen hutan lestari merupakan konsep pengelolaan hutan lestari yang menyeimbangkan antara fungsi ekologis dan fungsi ekonomis hutan dengan pelibatan masyarakat di dalamnya.
"Pengelolaan hutan berkelanjutan harus memiliki tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan yang sangat luas. Pengelolaan hutan lestari yang kini tengah diterapkan itu dimulai dari benih yang berkualitas. Soalnya, dengan mempersiapkan serta memiliki benih yang bagus maka secara otomatis akan menghasilkan kualitas pohon yang bagus pula," katanya, dalam rilis yang diterima Tribun Pekanbaru (Tribun Network), Jumat (27/7/2012).
Lamris menjelaskan, pengelolaan hutan dapat dikatakan lestari jika memenuhi tiga kriteria utama, yakni kelestarian produksi atau terjaminnya keberlangsungan pemanfaatan hasil hutan dan usahanya. Kemudian kelestarian ekologi atau lingkungan yang merupakan salah satu dimensi hasil pengelolaan hutan lestari yang dapat menjamin terpeliharanya fungsi ekosistem beserta komponennya dalam jangka panjang.
"Kriteria ketiga yaitu adanya kelestarian sosial dan budaya. Ini adalah salah satu dimensi hasil pengelolaan hutan lestari yang menjamin kesejahteraan dan integrasi sosial melalui pelaksanaan jaminan akses dan kontrol komunitas atau masyarakat terhadap sumber daya hutan, pengendalian dampak pengusahaan hutan terhadap komunitas, dan hubungan ketenagakerjaan yang harmonis antara unit manajemen dan pekerja," bebernya.
Sebelum mengunjungi KCN, rombongan juga mengunjungi Laboratorium Research and Development pembenihan milik perusahaan kayu yang berbasis di Pangkalan Kerinci. Mereka mendapat penjelasan secara detail dari salah satu Research and Development, Rosmalonin, didampingi Seed Management Manager RAPP, Hero Dien, terkait soal bibit-bibit kayu yang ada di perusahaan tersebut.
"Untuk mendapatkan benih yang bagus maka dilakukan proses seleksi benih yang dilakukan oleh beberapa orang. Dari situ, kemudian benih-benih yang telah melalui proses seleksi itu berlanjut ke tahap berikutnya," katanya.
Disinggung soal hasil tinjauan yang telah dilakukan ke PT RAPP, baik Lamris maupun Toni mengatakan, perusahaan ini telah menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari. Hal ini bisa dilihat dari mulai tingkat penyiapan benih sampai ke proses-proses selanjutnya telah dilakukan secara profesional dengan menerapkan best practices atau praktek-praktek terbaik.
"Bahkan bagusnya di sini, pembibitan itu tak mengenal musim. Sehingga regenerasi tanaman itu akan terus bergulir, apalagi dengan memakai konsep pengelolaan seperti ini," kata Toni.
Menurutnya, secara sederhana pengelolaan hutan lestari dapat digambarkan sebagai pencapaian keseimbangan-keseimbangan antara tuntutan masyarakat yang semakin meningkat untuk produk hutan, manfaat, dan pelestarian kesehatan hutan dan keanekaragaman hayati. Keberlanjutan ini sangat penting untuk kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan.
"Intinya, pengelolaan hutan berkelanjutan berarti melakukan upaya yang nyata untuk memastikan agar manfaat dan produktivitas hutan yang dapat dinikmati pada saat ini akan sama atau bahkan dapat ditingkatkan di masa depan," jelasnya.
Ditanya soal penerapan pembenihan ini apakah juga telah diterapkan di perusahaan-perusahaan lain, Lamris mengakui, sepanjang pengetahuannya memang beberapa perusahaan kayu seperti di Jambi, Sumatera telah menerapkan hal yang sama. Namun untuk pola-pola perlakuannya sendiri, diakui, PT RAPP memiliki kelebihan lain dengan penerapan perlakukan yang profesional.
"Pengelolaan-pengelolaan seperti ini alangkah bagusnya jika diketahui oleh masyarakat luas, sehingga mereka tak keburu apriori soal peran dan kewajiban perusahaan dalam pengelolaan hutan lestari," ujarnya.
Baca Juga:
- Pemkot Bandung Terima 69 CPNS
- Sidang Mantan Bupati Subang Cuma Semenit
- Pemohon SKCK di Mapolretabes Melonjak
- Mahasiswa UB Tuntut Transparansi SPP