Pemkab Bandung Barat Sebar Pompa Air ke Daerah Rawan
Untuk mengantisipasi ancaman kekeringan di sejumlah daerah di wilayah Kabupaten Bandung Barat
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Zezen Zaenal
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Untuk mengantisipasi ancaman kekeringan di sejumlah daerah di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB), Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung Barat (KBB) akan mengirim pompa air yang ke sejumlah titik yang dinilai rawan kekeringan.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) KBB, Ida Nurhamida, mengatakan pihaknya sudah menginventarisir sejumlah daerah yang rawan kekeringan di wilayah KBB. Menurut dia, pendataan daerah rawan kekeringan sangat diperlukan guna mengantisipasi dampaknya bagi masyarakat terutama para petani.
"Dengan adanya hasil inventarisasi itu, kami bisa mengantisipasi dampak kekeringan terhadap para petani terutama dengan melakukan perubahan pola tanam petani agar petani terhindar dari potensi kerugian yang lebih besar akibat gagal panen," kata Ida saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (9/7/2012).
Dikatakan Ida, dari 16 kecamatan di wilayah Bandung Barat, sebanyak 13 kecamatan merupakan daerah penghasil padi dan memiliki wilayah pertanian cukup luas. Namun, kata Ida, hanya lima kecamatan yang masuk kategori daerah rawan kekeringan. Lima kecamatan itu antara lain, Kecamatan Cihampelas, Cililin, Cikalong Wetan, Cipeundeuy, dan Kecamatan Sindangkerta.
"Daerah rawan kekeringan itu lebih banyak terdapat di wilayah selatan dan barat KBB. Di kecamatan-kecamatan itu sangat minim keberadaan air permukaan dan saluran irigasi," ujar Ida.
Ida mengatakan untuk mengantisipasi dampak musim kemarau, menyiapkan tiga pompa air tanpa motor. Pompa tersebut selanjutnya akan disebar ke daerah-daerah yang rawan kekeringan. Namun karena jumlahnya terbatas, menurut Ida, penggunaan pompa tersebut akan digilir sambil melihat potensi keberadaan air permukaan yang bisa diambil.
Selain pada tahun ini, menurut dia, bantuan pompa air itu juga diberikan pada tahun lalu. Saat itu, kata dia, terdapat empat pompa air yang difungsikan dan disebar ke daerah- daerah rawan kekeringan.
"Tahun ini hanya tiga pompa yang diberikan ke beberapa kecamatan. Ke depan kami memikirkan untuk membuat saluran irigasi tersier dari Sungai Cidadap untuk dialirkan ke area persawahan warga. Sehingga saat musim kemarau seperti ini tetap aman," katanya.
Menurut Ida, musim kemarau juga berpengaruh besar bagi saluran irigasi karena dengan jarangnya hujan berakibat pula pada minimnya pasokan air di wilayah hulu untuk saluran- saluran irigasi yang memasok penuh air untuk wilayah pertanian.
Belum lagi banyaknya irigasi yang rusak dan irigasi yang salurannya terhambat akibat ditumbuhi rumput dan dipenuhi sampah. "Bisa gantian pemakaiannya. Selain di wilayah pertanian, bisa juga digunakan di daerah pemukiman warga karena bisa jadi dengan tidak adanya hujan yang turun selama satu bulan terakhir berdampak kepada keberadaan air sumur warga," katanya.