Jumat, 3 Oktober 2025

Nyawa 66 Pemegang Jamkesda Terancam

Pemberitahuannya mendadak kemarin siang (Senin 2/7/2012). Kalau, dihentikan

TRIBUNNEWS.COM,Malang- Kebijakan Pemkab Malang yang menghentikan rujukan bagi para pemegang kartu jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) ke Rumah Sakit dr Saiful Anwar (RSSA) Malang membuat puluhan penderita gagal ginjal galau dan kelimpungan.

Sebab,   sekarang ini hidup mereka telah terggantung dari hemodialisa (cuci darah) yang selama ini dilakukan di RSSA.

Merasa nyawa keluarganya terancam, sejumlah keluarga pasien datang ke Kantor Biro Surya Malang, Selasa (3/7/2012) siang. Bahkan, di antara mereka yang datang di Surya ada yang berstatus penderita gagal ginjal pemegang Jamkesda.

Mereka mengaku merasa kaget dengan kebijakan penghentian berobat di RSSA bagi para masyarakat miskin pemegang Jamkesda.

“Pemberitahuannya mendadak kemarin siang (Senin 2/7/2012). Kalau, dihentikan terus bagaimana nasib anak kami yang hidupnya kini tergantung dari mesin cuci darah,” kata Hadi Purwanto (48), warga Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Diungkapkan Hadi, anaknya Ilham (19) diketahui menderita gagal ginjal dan cuci darah seminggu dua kali sejak 2009.

“Awalnya dulu memang kami memakai surat keterangan tidak mampu (SKTM) untuk berobat, namun setahun kemudian kami dapat kartu Jamkesda,” papar Hadi Purwanto.

Keluhan serupa diungkapkan Harina yang orangtua laki-lakinya, Juari (55), juga menderita gagal ginjal. Juari, warga Desa/Kecamatan Pakisaji ini termasuk rombongan para pasien cuci darah di RSSA seminggu dua kali dengan Jamkesda.

“Ayah saya, Subandi (48) juga sudah empat tahun ini hidupnya tergantung dari cuci darah di RSSA,” papar Wiwin, warga Bululawang.

Satu-satunya pasien yang kemarin ikut datang di Surya adalah Suryo, warga Jabung. Dia cuci darah dua kali seminggu di RSSA yaitu hari Senin dan Kamis sejak 2009.

“Kalau nggak cuci darah, badan jadi lemas. Ya, seperti ponsel yang nggak discharge,” timpal Harina.

Penderitaan mereka makin bertambah, ketika mencari solusi ke RSUD Kanjuruhan, Kepanjen ternyata mereka ditolak dengan alasan peralatan cuci darahnya terbatas dan tenaga medisnya kurang. Demikian juga ketika mereka mengeluh ke Dinkes, alasannya anggaran Jamkesda telah habis.

“Kalau Kamis nanti nggak cuci darah, nggak tahu lagi bagaimana nasibnya nanti,” jelas Wiwin.

Menurut mereka, setidaknya ada 66 penderita gagal ginjal dari Kabupaten Malang yang kini hidupnya tergantung dari cuci darah di RSSA. Dengan adanya surat penghentian dari pemkab untuk pasien Jamkesda di RSSA, pihak RSSA todak bersedia melayani lagi cuci darah mereka.

RSSA baru bersedia melayani apabial mereka membayar seperti pasien umum Rp 850.000 per sekali cuci. Dengan begitu, para keluarga miskin ini kalau tanpa Jamkesda harus merogoh kocek Rp 1,7 juta per minggu.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved