Akademisi: Kahar Muzakkar Bukan Pemberontak
Apapun interpretasinya, kata 'pemberontak' ternyata menjadi sensitif di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel).
Lantaran Kawilarang ngotot menolak aspirasi masyarakat Sulsel, Kahar kemudian meninggalkan Kawilarang. Kahar memilih pulang kampung halamannya bersama rakyat Sulsel. Ia masuk hutan untuk memperjuangkan rakyat Sulsel.
Kahar memimpin langsung pejuang di hutan dengan membentuk kesatuan militer belum DI/TII. Saat Kahar membentuk kesatuan militer, masyarakat Sulsel ramai-ramai bergabung, seperti Andi Sose (pemilik Universitas 45 Makassar) Andi Selle, dan Makatang Dg Sibali.
Tapi, pada 1952 ,sejumlah anggota basis Kahar seperti Andi Sose dan Dg Makatan, berminat masuk TNI. Dari situ, Kahar menerima kemauan rekannya.
Kemudian, Kahar mengubah formasi kesatuan militernya. Pada 1952, lapis pertama pertahanan Kahar banyak yang masuk TNI. Jadi, Kahar mengubah kesatuan militernya menjadi Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
"Hal yang perlu digarisbawahi waktu Kahar membentuk DI/TII, tidak ada fakta bahwa Kahar mendiskreditkan agama lain," terang Latif.
Justru, tuturnya, kehadiran DI/TII juga melindungi agama non-Islam. Bahkan, non-Islam banyak yang bergabung.
"Saya mau katakan, ideologi Kahar adalah bagian dari Pancasila. Jadi, kalau ada sebutan pemberontak, bukan zamannya lagi, situasi sekarang berbeda," beber Latif. (*)
BACA JUGA
- Mahasiswa Jambi Masih Bahas Lady Gaga
- Sopir Bus Tewaskan 3 Penumpang Jadi Tersangka
- Rumah Ambruk Tewaskan Balita
- Putra Kahar Muzakkar Tersinggung Ucapan Gubernur Sulsel