Ujian Nasional 2012
SMA Luar Biasa Keluhkan Pelaksanaan UN
DPRD dan Dinas Pendidikan Kota Samarinda diminta mengganti sistem Ujian Nasional (UN) yang dilakukan di SMA Luar Biasa (SMALB).
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - DPRD dan Dinas Pendidikan Kota Samarinda diminta mengganti sistem Ujian Nasional (UN) yang dilakukan di SMA Luar Biasa (SMALB).
Di SMALB Untung Tuah Samarinda, misalnya, soal UN dibacakan untuk siswa penyandang tunanetra. Sementara waktu ujian sama dengan siswa normal. Hal ini tentu merugikan siswa tunanetra.
Sistem yang paling tepat diberlakukan seharusnya adalah siswa mengerjakan soal seperti biasa, namun huruf yang digunakan adalah huruf khusus penyandang tunanetra yaitu huruf braille.
UN kali ini tentunya membutuhkan waktu. Penyelenggara UN memerlukan dua pertugas, seorang membacakan soal dan seorang lagi mengisi kolom jawab.
"Soalnya kalau nggak ada pemandu, bisa nyasar jawabannya apa yang dipilih. A bisa B, maka kita pilih dua pemandu. Diacakan jelas, karena nggak bisa melihat. Siswa sebut saja huruf jawabannya, dia yang menentukan jawabannya. Kalau bisa soalnya dalam bentuk braille, untuk tahun depan atau kapan bisa dilaksanakan. Yang penting kita sampaikan dulu," kata Kepala SMALB Untung Tuah, Janu Ismadi, Senin (16/4/2012).
Alasannya, bisa memudahkan siswa itu sendiri dan guru tidak terlalu direpotkan dengan kegiatan yang banyak pekerjaan, seperti mengisi petunjuk, membacakan soal. Jika tidak dilakukan dua orang, ujian tidak bisa dilaksanakan.
"Nanti, kalau tetap dilakukan seperti itu, bisa kehabisan waktu nanti. Kalau dalam bentuk braille, kan begitu jam mulai serahkan soal kepada anak, dan langsung dikerjakan, nanti guru tinggal ambil hasil kerja dan koreksi saja. Apalagi waktunya disamakan dengan umum. Kalahlah kita. Intinya kalau braille, siswa lebih fokus mengerjakan," katanya.