Helikopter Jatuh
Sebelum Heli Jatuh, Adrian dan Istri Berlibur ke Singapura
TANGISAN derai istri korban tewas Adrian Aird dalam kecelakaan helikopter yang jatuh di Gunung Dua Sudara telah memecah atmosfir pagi

Laporan Wartawan Tribun Manado, Budi Susilo
TANGISAN derai istri korban tewas Adrian Aird dalam kecelakaan helikopter yang jatuh di Gunung Dua Sudara telah memecah atmosfir pagi Danowudu saat itu, Kamis (4/8/2011).
Perempuan bernama Joice Bernandus ini seolah tak percaya bila suami tercintanya ikut menjadi korban tewas kecelakaan jatuhnya helikopter di Gunung Dua Sudara.
"Kita mau lihat kita pe suami," tutur Joice secara berulang-ulang ke petugas penjaga pintu ruang evakuasi mayat di kantor Lurah Danowudu.
Berteriak lantang dengan terus mengeluarkan bulir air mata membuat rekan dan para sanak keluarga yang mendampingi pun turut tercebur dalam kedukaan mendalam.
"Sudah, sabar, ini ujian Tuhan," ujar teman akrabnya sambil mengusapkan punggung Joice, mencoba untuk meredakan emosi kesedihan.
Jenazah suaminya itu, bernama Adrian Aird bukanlah satu-satunya jenazah yang disinggahi di kantor lurah. Delapan jenazah lainnya juga berada di kantor lurah secara bersamaan, yang tiba pada pukul 09.32 Wita.
Mencoba berusaha menenangkan, ibunda Joice, Bernandus Pangemanan tak menyerah memberikan motivasi dan semangat atas musibah yang menimpa buah hari tercintanya itu.
"Sudahlah nak, ini sudah takdir. Kita relakan saja ia pergi," imbuh Pangemanan.
Selalu mendekap, memeluk erat, sesekali membelai tubuh dengan usapan tangannya secara ramah, itulah yang selalu dilakukan ibundanya tercinta.
"Kasihan anak saya, padahal sedang hamil jalan ke tujuh bulan," ujar Pangemanan kepada Tribun Manado.
Sebelum kecelakaan terjadi, tutur Pangemanan, anak beserta suaminya tidak merasa ada firasat atau hal aneh. "Mereka sempat bahagia kumpul bareng berwisata," ungkapnya.
Bahkan sehari sebelum kecelakaan, Joice serta suaminya berlibur ke Singapura, menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. "Habis dari Singapura keduanya kembali ke Manado," tuturnya.
Namun setibanya di Manado, keduanya berpisah. Joice pergi ke kediamannya di Manado dan suaminya pamit ke Halmahera bekerja mencari uang.
"Di bandara mereka berdua pun tidak merasa ada yang aneh. Biasa-biasa saja, normal," ungkapnya. Saat di bandara Sam Ratulangi, Pangemanan juga hadir.
Bahkan ketika suaminya sudah terbang menuju ke Halmahera, keduanya masih sempat saling komunikasi melalui telepon selulernya.
"Ia tanya gimana penerbangannya, dijawab aman saja," tutur Pangemanan.
Namun selang beberapa menit kemudian, rasa aneh menghantui, sebab komunikasi yang dilakukan Joice kepada suaminya tidak ada respon.
"Sekitar setengah jam perjalanan suaminya, anak saya mulai gelisah, ia bertanya-tanya kenapa tidak bisa terkontak," ujarnya mengulangi perkataan Joice saat itu.
Tak lama diperoleh kabar kalau helikopter yang ditumpangi suaminya mengalami kecelakaan dalam penerbangan.