Kamis, 2 Oktober 2025

Merapi Meletus

Pernikahan Syahdu Sejoli Pengungsi Merapi

Tekad sejoli itu sudah bulat. Dalam kondisi memprihatinkan sekalipun, mereka tetap melangsungkan pernikahannya.

Penulis: Willem Jonata
Editor: Prawira
zoom-inlihat foto Pernikahan Syahdu Sejoli Pengungsi Merapi
kompas.com
ilustrasi pernikahan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Tekad sejoli itu sudah bulat. Dalam kondisi memprihatinkan sekalipun, mereka tetap melangsungkan pernikahannya.

Inilah kisah pasangan Agung Setyawan, (24) dan Lisnawati, (18), yang telah mengikat janji sehidup semati, Rabu, (17/11/2010), di posko pengungsian Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Hari pernikahan tersebut bertepatan dengan perayaan Idul Adha 1431 Hijriah. Selain keluarga dekat kedua mempelai, ratusan pengungsi di lantai dua stadion itu menjadi saksinya. Bahkan, Ketua Pengurus Pusat Muhammadyah Dien Syamsuddin dan Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu juga turut hadir dalam upacara sakral itu.

Meski demikian, ini bukanlah hajatan besar. Semuanya serba sederhana. Tidak ada lengkungan janur kuning, tidak ada kursi singgasana untuk kedua mempelai, tidak ada wedding singer, tidak ada hidangan yang akan disantap untuk para tamu undangan. Pokoknya, serba minus dengan segala macam tetek bengek ornamen pernikahan.

Menurut Agung pernikahannya itu sudah lama direncanakan. Prosesi lamaran terjadi, jauh sebelum Gunung Merapi menunjukkan keperkasaannya sehingga meluluhlantakkan kediaman mertuanya, di Dusun Kopeng, Cangkringan. Mestinya, pernikahan itu dilaksanakan di sana.

"Saya sudah janji menikah dengan Lisnawati hari ini. Sudah jadi tanggung jawab saya untuk mewujudkannya," kata Agung, Rabu, (17/11/2010), kepada Tribunnews.

Karena kedua mertuanya kini berada di pengungsian Stadion Maguwoharjo, sebagai bentuk penghormatannya, akhirnya pernikahan dilaksanakan di sana. Dalam upacara pernikahan itu Agung mengenakan kemeja putih dan berjas hitam, dipadu celana bahan hitam. Sementara, Lisnawati mengenakan kerudung dan busana kebaya putih. Pernikahan itu berlangsung syahdu.

"Walaupun upacara pernikahan mereka di pengungsian, saya tetap bahagia. Saya sampai terharu, mas. Semoga mereka bahagia dalam menjalani rumah tangganya," kata Marsih, (35), ibu kandung Lisnawati.

Poniji, (38), ayah kandung Lisnawati mengatakan, bahwa anak dan menantunya itu telah berpacaran selama dua tahun. Selama itu mereka sering bersama. Tidak ada alasan untuk menunda pernikahan mereka.

"Kalau sudah jodoh, ya lebih baik mereka menikah saja. Yang penting kan niatnya baik. Nggak perlu sampai ditunda-tunda segala. Sekarang atau nanti kan sama saja," ujar Poniji senyum.

Dien Syamsuddin yang hadir menyaksikan upacara pernikahan itu kemudian memberikan uang tunai yang terbungkus amplop. Ia juga menawarkan kepada kedua mempelai itu untuk menginap di hotel selama tiga hari tiga malam.

Namun, tawaran menginap di hotel itu ditolak oleh Agus dan Lisnawati. "Nggak mungkin saya bisa senang-senang di hotel, sementara mertua dan keluarga istri saya di pengungsian. Rasanya nggak enak aja," terang Agung.

Usai pernikahannya di Satdion Maguwoharjo, Agung memboyong Lisnawati ke rumah orang tuanya di. Tempuran, Magelang. Mereka akan memulai hidup baru sebagai pasangan suami istri di sana.

"Kan lebih baik dia (Lisnawati) ikut suaminya ke Magelang daripada ikut ibu dan bapaknya di pengungsian. Di sini (Stadion Maguoharjo) kan susah," ucap Marsih pelan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved