Jumat, 3 Oktober 2025

Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati

Sufi sejati kadang-kadang dianggap sufi palsu atau bukan sufi, karena penampilan fisik dan lahiriah tidak sesuai espektasinya. 

Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/Fahdi Fahlevi
SUFI - Menteri Agama Nasaruddin Umar di kantor Kemenko PM Jakarta, Kamis (27/2/2025). Nasaruddin berbicara tentang sufi sejati dan sufi palsu. 

Dia juga cenderung membeda-bedakan kelas sosial-ekonomi jamaahnya, lebih respek dan lebih mudah memberikan pelayanan terhadap kelas masyarakat atas dan cenderung menyepelekan jamaah yang tidak berkelas. 

Dia memiliki mobilitas tinggi dalam melayani permintaan orang atau jamaah khususnya, sementara murid-murid di padepokannya cenderung ditelantarkan.

Sufi sejati membimbing dan mengajar dengan hati dan rohani, sehingga dirasakan betul di dalam hati para murid dan jamaahnya. 

Segala sesuatu darinya bersumber dari hati nurani sehingga meyakinkan para muridnya. 

Persis seperti qaul yang mengatakan: "Segala yang keluar dari hati akan mendarat di hati" (kullu ma kharaja minal qalb waqa’a fil qalb). 

Sedangkan sufi palsu, pintar membolak balik kata-kata, berpenampilan menarik dan memukau, tetapi sayang seperti kata qaul: Ucapannya "masuk di telinga kanan keluar dari telinga kiri", tanpa ada yang tersimpan.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved