Senin, 29 September 2025

Ramadan 2025

Mengenal Malam Selikuran Keraton Kasunanan Surakarta, Tradisi Sambut Lailatul Qodar Malam 21 Ramadan

Mengenal tradisi Malam Selikuran Ramadhan dari Keraton Kasunanan Surakarta untuk menyambut datangnya Lailatul Qadar, ini makna bagi masyarakat Jawa.

TRIBUNSOLO.COM/EKA FITRIANI
TRADISI MALAM SELIKURAN - Potret rombongan Kirab Malem Selikuran berjalan melewati Pasar Klewer, Solo, Kamis (16/7/2017) malam. Mengenal tradisi Malam Selikuran Ramadhan dari Keraton Kasunanan Surakarta untuk menyambut datangnya Lailatul Qadar, ini makna bagi masyarakat Jawa. 

Kemudian nasi tumpeng yang diarak-arak oleh para abdi dalem ini didoakan oleh pemuka agama. 

Selepas prosesi tersebut, rombongan menuju titik terakhir di Taman Sriwedari. 

Rombongan diawali dengan iringan prajurit drum band dilanjutkan dengan prajurit semut abang, semut ireng lalu kerabat Keraton dan ditutup dengan rombongan abdi dalem dengan membawa lampion bertuliskan lafadz Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Serta menyunggi ancak cantaka sebagai wadah 1000 nasi tumpeng. 

Suara gamelan dengan lantunan salawat dengan diiringi rebana turut memeriahkan rombongan kirab Malam Selikuran

Kirab biasanya dimulai pukul 20.00 WIB setelah sholat Tarawih yang dimulai dari Keraton Surakarta menuju Joglo Sriwedari dengan menempuh jarak tiga kilometer. 

Di Taman Sriwedari, tumpeng diserahkan kepada alim ulama untuk didoakan, setelah didoakan nasi tumpeng tersebut dibagikan kepada masyarakat.

Hingga saat ini, tradisi Malam Selikuran masih dilakukan. 

Makna Malam Selikuran Ramadan Bagi Masyarakat Jawa

Malam Selikuran (21 Ramadan) menurut masyarakat jawa memiliki makna yang spesial. 

Tradisi Malam Selikuran menjadi tradisi budaya sekaligus religius (agama) yang syarat dengan makna. 

Pada umunya masyarakat Jawa memperingati Malam Selikuran dengan berbagai ragam tradisi. 

Tentunya hal ini sangat istimewa, karena kita dapat melihat banyak nilai-nilai positif yang ada dalam peringatan Malam Selikuran tersebut.

Dalam ajaran Islam pada malam Lailatul Qodar Rasulullah Saw memulai beri’tikaf. 

I’tikaf berarti berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadan.

Namun, lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr di sepuluh hari terakhir  bulan Ramadan.

(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan