Minggu, 5 Oktober 2025

Ramadan 2021

Cerita di Balik Megahnya Masjid Emas Aceh, Mimpi Terpendam Sang Saudagar Terwujud Setelah 20 Tahun

Masjid megah di Desa Lamseupeng, Banda Aceh atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL) memiliki sejarah panjang,

SERAMBINEWS.COM
Masjid megah yang berada di Desa Lamseupeng, Banda Aceh atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL), banyak juga yang menyebutnya Masjid Emas. 

Laporan Syamsul Azman | Banda Aceh

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH – Masjid megah yang berada di Desa Lamseupeng, Banda Aceh atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Haji Keuchik Leumiek (HKL) memiliki sejarah panjang meskipun proses pembangunannya cukup cepat terlaksana yakni 2,4 tahun.

Masjid Emas Aceh, yakni sebutan masyarakat untuk Masjid HKL, merupakan satu diantara situs yang banyak dikunjungi warga, baik dari dalam negeri maupun luar negeri sekalipun.

Namun, siapa sangka bahwa masjid yang bernuansa Timur Tengah dan bergaya Spanyol ini merupakan impian seorang Alm Haji Harun selama 20 tahun lamanya.

Baca juga: Masjid Al Azhom Tangerang Terapkan Prokes Super Ketat Selama Ramadan, Wudhu Juga Jaga Jarak

Baca juga: Jika Ada Penularan Covid-19 di Masjid, Ini Panduan dari Kemenag untuk DKM

Pada Serambinews.com, cucu Alm Haji Harun yang bernama M Zawir Ghivari serta pengurus Masjid HKL Ustadz Jumaris dan didampingi putra Alm Haji Harun yakni M Kamaruzzaman HKL pada Minggu (11/4/2021) menceritakan awal mula dan alasan dari Alm Haji Harun membangun masjid sampai kegiatan dilaksanakan di masjid setiap hari.

Impian Haji Harun Selama 20 Tahun

Zawir mengulas balik kisah kakeknya, H Harun membangun masjid, menyebut keinginan tersebut telah lama dipendam oleh sang kakek, namun bisa terwujud pada tahun 2019 sialm.

Impian ini diwujudkan setelah kakeknya tanpa sengaja terpikir membuat masjid pada lahan kosong peninggalan Ayahanda H Harun yakni Haji Keuchik Leumik.

“Keinginan kakek membangun masjid dipendam selama 20 tahun, masjid urung dibangun karena terkendala lahan, namun pada suatu sore kakek terinspirasi pada lahan kosong ketika duduk menunggu adzan Magrib di Balai Pengajian Haji Keuchik Leumiek,” ulas Zawir pada Serambi.

Membangun sebuah masjid di Desa Lamseupeung adalah keinginan pria kelahiran 19 September 1942, lahir dari keluarga bangsawan tidak membuat dirinya merasa lupa dengan akhirat sehingga niat dan impian membangun masjid tertanam di dalam hati Haji Harun sampai 20 tahun lamanya.

Kendala utama Haji Harun membangun masjid karena kurangnya lahan, sehingga beliau membutuhkan waktu 20 tahun lebih untuk mewujdukan keinginan membangun Rumah Allah di tanah kelahiran, yakni Lamseupeung.

Suatu sore, saat sedang bersantai menunggu adzan shalat Magrib, Haji Harun berada di Balai Pengajian Haji Keuchik Leumiek.

Baca juga: Dari Jualan Es Mambo di Istiqlal, Jusuf Hamka Pengusaha Tionghoa Bercita-cita Bangun 1000 Masjid

Baca juga: Pesan Keberagaman Pada Bangunan Masjid Babah Alun Desari, Paduan Budaya Tionghoa, Arab dan Betawi

Balai pengajian tersebut dibangun pada tahun 2005 berlokasi di Lamseupeng yang tidak jauh dari lokasi masjid saat ini, Haji Harun duduk di tangga balai pengajian dan tidak sengaja matanya melihat ke arah lahan kosong seluas 2.500 meter.

Bak dapat inspirasi, Haji Harun langsung terpikir untuk membangun masjid di lahan kosong peninggalan orang tuanya tersebut, karena areal cukup luas dan tidak jauh dari Krueng Aceh. Sebenarnya lahan kosong yang menjadi lokasi masjid saat ini setiap hari dilihat Haji Harun, namun tidak terpikir untuk membangun masjid di tanah kosong itu.

Setelah terinspirasi membangun masjid pada lahan kosong yang dilihat saat sedang duduk di tangga balai pengajian, malamnya Haji Harun langsung menyampaikan keinginan hati kepada Istri (Ibu Salbiah).

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved