Rabu, 1 Oktober 2025

Lebaran 2020

Teks Khutbah Idul Fitri 1441 H/2020 di Rumah: Meneguhkan Nilai Fitrah saat Pandemi Covid-19

Teks khutbah Idul Fitri oleh Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah Sekretaris Satgas Covid-19 dan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KHM Cholil Nafis, Lc PhD

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Khotib menyampaikan Khutbah Jumat dengan memakai masker di Masjid Nasional Al Akbar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/3/2020). Meskipun tetap menggelar Salat Jumat di tengah wabah virus corona (Covid-19), Masjid Nasional Al Akbar Kota Surabaya menerapkan sejumlah prosedur yaitu pencucian tangan dengan hand sanitizer, pemeriksaan suhu badan, masuk bilik sterilisasi (penyemprotan disinfektan), dan pemakaian masker serta pemberian jarak (social distancing) 1 meter tiap baris atau shaf jemaah. 

Kita, kaum muslimin disunnatkan (dianjurkan) di manapun berada untuk mengagungkan nama Allah, memperbanyak takbir, tahmid, tahlil dan tasbih, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

khutbah 2 new
Tangkapan layar laman MUI

Allah akbar 3X Walillahi al hamdu

Jama’ah shalat Idul Fitri yang berbahagia

Guna mengimplementasikan keberhasilan ibadah puasa maka pada hari ini kita kembali kepada fitrih.

Fitrah adalah asal kejadian, keadaan suci. Fitrah adalah sesuatu yang universal.

Karena seperti yg dikatakan oleh Rasulullah saw. bahwa umat manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, (kullu mauludin yuladu ‘ala al fitrah). Ini artinya bahwa fitrah adalah sesuatu yang inheren dengan jati diri manusia.

Jati diri manusia adalah keberadaan umat manusia sebagai hamba Allah, ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi.

Al Qur’an menghadirkan kisah penciptaan manusia yang terdiri dari dua unsur yang tarik menarik; yaitu diciptakan dari tanah liat sebagai simbol kerendahan, stagnasi dan pasifitas mutlak.

Kamudian ditiupkan ruh Allah SWT sebagai simbol dari gerakan tanpa henti yang mengajak manusia ke puncak spiritual tertinggi dan tiada batas. Setelah manusia diciptakan, Allah SWT mengajarkan nama-nama.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia diberi bekal tentang “kebaikan bawaan” yang terpancar lewat hati nurani.

Hati nurani adalah tanda-tanda dari dimensi ketuhanan yang bisa mengantarkan manusia untuk berproses (becaming) menuju Tuhan.

Kebaikan ini dikenal dengan sebutan fitrah. ‘Idul Fitri artinya kembali keasal kejadian yang suci. Bagaikan terlahir kembali karena sudah bebas dari jeratan belenggu.

Dalam pandangan Al-Qurthubi menafsirkan kata fitrah bermakna kesucian, yaitu kesucian jiwa dan rohani.

Untuk itu, manusia harus meneladani Nabi Muhammad SAW yang tercermin dalam al-Qur’an.

Manusia harus senantiasa melakukan proses evolusi (becoming, menjadi, dalam filsafat Islam: insan) menuju Tuhan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved