Ramadan 2018
Ramadan dan Kesadaran Kebangsaan
Bangsa kita berdiri berdasarkan kesepakatan dari para tokoh. Bukan negara sekuler, bukan pula negara agama.
Islam jelas memiliki panduan-panduan prinsip yang mengajarkan tentang bagaimana setiap kita bisa hidup berdampingan secara rukun dan damai, meskipun senyatanya penuh dengan perbedaan, baik keyakinan, tingkat sosial ekonomi, termasuk pilihan-pilihan politik.
Maka sangat tidak sewajarnya jika perbedaan atas tafsir-tafsir agama justru menjadi pemicu bagi perpecahan.
Kita telah saksikan betapa kondisi negara-negara di Timur Tengah hancur dan kacau akibat pertentangan terhadap cara beragama, meskipun hal tersebut juga tidak lepas dari unsur politik.
Padahal perbedaan-perbedaan seharusnya menjadi kekuatan yang bisa mempererat kebersamaan dan persaudaraan.
Islam dengan kemuliaan nilai-nilainya selalu menekankan agar para pemeluknya memiliki keluhuran budi pekerti yang dapat men-drive bagi kehidupan faktual sehari-hari, karena di situlah tugas utama Islam itu.
Setiap muslim yang baik harus bisa memastikan dirinya memiliki ketinggian akhlak (moral) sebagaimana tujuan dari keberislamannya.
Konsekuensinya, bagi setiap muslim harus bisa menjadi cermin atau teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi lingkungannya, mampu menunjukkan sikap dan perilaku terpuji.
Sehingga misi utama kita yang ingin menjadikan Islam sebagai nafas kehidupan berbangsa dan bernegara benar-benar terwujud.