Minggu, 5 Oktober 2025

Ramadan 2018

Ramadan dan Kesadaran Kebangsaan

Bangsa kita berdiri berdasarkan kesepakatan dari para tokoh. Bukan negara sekuler, bukan pula negara agama.

Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Upacara Bendera 

KH Dr Cholil Nafis
Ketua Komisi Dakwah MUI

RAMADAN adalah bulan kesadaran. Kesadaran dalam arti yang luas, termasuk kesadaran kebangsaan kita.

Namun, momen ini akan sangat tepat jika dihubungkan dengan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai agama sebagai nafas kehidupan berbangsa.

Bangsa kita berdiri berdasarkan kesepakatan dari para tokoh. Bukan negara sekuler, bukan pula negara agama.

Namun posisi agama sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita.

Filosofi bangsa kita Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945 merupakan hasil kesepakatan yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai agama yang telah lama diyakini dan dipraktikkan oleh masyarakat Indonesia.

Dalam konteks inilah, institusi agama (khususnya Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas) harus mendukung dan memasyarakatkan pesan-pesan agama agar tetap menjadi spirit kehidupan setiap warga negara.

Datangnya bulan Ramadan merupakan momen yang tepat untuk mengembalikan supremasi nilai-nilai agama itu di tengah-tengah masyarakat yang belakangan ini mendapatkan banyak tantangan, seperti materialisme, hedonisme, individualisme, permisifme, dan lain-lain.

Mungkin sebagian kita telah lama lupa atau sengaja melupakan akan pesan-pesan agama karena terlalu sibuk urusan duniawi yang bersifat sementara.

Baca: Empat Langkah Menangkal Radikalisme

Dalam QS: Al-Ankabut: 64 disebutkan:
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui."

Ayat ini memberikan penekanan kampung akhirat lebih utama dari kehidupan dunia.

Main point-nya adalah pesan-pesan agama harus menjadi acuan utama dalam menjalani kehidupan duniawi karena akan sangat terkait dengan kehidupan setelah mati.

Bukan sebaliknya, urusan akhirat justru digunakan untuk kepentingan duniawi.

Lalu, pesan-pesan agama seperti apa yang perlu kita pedomani dan sampaikan kepada masyarakat?

Yaitu pesan-pesan agama yang mampu menjadikan setiap individu memiliki kesalehan personal dan kemanfaatan sosial bagi lingkungannya dengan penuh kasih sayang, toleransi (tepo selero), penghormatan terhadap hak-hak sesama, persaudaraan, dan lain-lain.

Islam jelas memiliki panduan-panduan prinsip yang mengajarkan tentang bagaimana setiap kita bisa hidup berdampingan secara rukun dan damai, meskipun senyatanya penuh dengan perbedaan, baik keyakinan, tingkat sosial ekonomi, termasuk pilihan-pilihan politik.

Maka sangat tidak sewajarnya jika perbedaan atas tafsir-tafsir agama justru menjadi pemicu bagi perpecahan.

Kita telah saksikan betapa kondisi negara-negara di Timur Tengah hancur dan kacau akibat pertentangan terhadap cara beragama, meskipun hal tersebut juga tidak lepas dari unsur politik.

Padahal perbedaan-perbedaan seharusnya menjadi kekuatan yang bisa mempererat kebersamaan dan persaudaraan.

Islam dengan kemuliaan nilai-nilainya selalu menekankan agar para pemeluknya memiliki keluhuran budi pekerti yang dapat men-drive bagi kehidupan faktual sehari-hari, karena di situlah tugas utama Islam itu.

Setiap muslim yang baik harus bisa memastikan dirinya memiliki ketinggian akhlak (moral) sebagaimana tujuan dari keberislamannya.

Konsekuensinya, bagi setiap muslim harus bisa menjadi cermin atau teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi lingkungannya, mampu menunjukkan sikap dan perilaku terpuji.

Sehingga misi utama kita yang ingin menjadikan Islam sebagai nafas kehidupan berbangsa dan bernegara benar-benar terwujud.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved