Ramadan 2014
Kebahagiaan Spiritual
kebahagiaan yang bersifat fisikal, intelektual, estetikal. Dua kebahagiaan lain yang semakin tinggi adalah kebahagiaan moral dan spiritual.
Oleh Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta
KITA mengenal dimensi ataupun tangGa-tangga kebahagiaan, yaitu kebahagiaan yang bersifat fisikal, intelektual, estetikal. Dua kebahagiaan lain yang semakin tinggi adalah kebahagiaan moral dan spiritual.
Pada kebahagiaan moral, seseorang merasa bahagia dan bermakna hidupnya justru ketika dalam posisi memberi (bukan diberi) dan menolong (bukan ditolong) orang lain. Adapun kebahagiaan spiritual (spiritual happiness) bersifat ruhani atau nurani.
Ruhani artinya bersifat ruh, nurani artinya bersifat nur atau cahaya. Ruh dan cahaya Ilahi yang bekerja dalam diri manusia sehingga hidupnya selalu terarahkan pada kebaikan sebagai efek dari kedekatannya dan kecintaannya pada Allah.
Seseorang akan meraih kebahagiaan tertinggi ketika jiwa robbani yang tertinggi berhasil mengemban tugasnya dengan baik mengendalikan nafsu, pikiran, dan tindakan seseorang untuk senantiasa merasakan kedekatan dan disayang Tuhan. Untuk bisa dekat dengan Tuhan yang suci, seseorang haruslah berusaha menjaga kesucian dirinya.
Agar disayang Tuhan, seseorang hendaknya senang bebagi kasih sayang pada hamba-hamba Tuhan. Jadi, kebahagiaan spiritual diraih melalui perjuangan ruhani untuk selalu menjaga fitrah keruhaniannya untuk memimpin jiwa insani, hewani, dan nabati sehingga melahirkan tindakan dan karya-karya kemanusiaan sebagai partisipasi dan realisasi asma Allah yang Rahman dan Rahim.
Kebahagiaan spiritual memiliki banyak pintu. Melalui kapasitas intelektualnya, seseorang bisa saja memperbanyak karya kemanusiaan sebagai rasa syukur pada Tuhan. Melalui kecerdasannya yang dimbimbing oleh jiwa robbani seseorang akan lebih mampu memahami dan menghayati kebesaran Tuhan sehingga ketika sujud akan lebih khusyuk.
Kesadaran spiritual, dengan bantuan jiwa nabati, hewani, dan insani, akan sanggup menatap keindahan, kehebatan, keunikan semesta yang akan mendatangkan rasa damai, kagum, optimis, bersyukur, merenung yang membuat hati lega dan bahagia.
Semua yang terbentang ini merupakan ayat-ayat Tuhan, sejak dari lembaran kitab suci, hamparan semesta, sampai seluruh penghuninya yang sanggup membuat kesadaran ruhani bertasbih mensucikan Tuhan.
Satu di antara satu bentuk ekpresi dari spiritual happiness adalah bersujud dan menyebarkan salam bagi semua makhluk Tuhan, sebagaimana secara karikatural dibahasakan dalam adegan salat bagi seorang muslim.
Dimulai dengan takbir, mengangkat tangan sambil mengucap Allahu Akbar, lalu ketika sujud merendahkan kepala dan wajah dengan mencium tanah, dan diakhiri dengan menyebar salam ke kanan dan ke kiri.
Adegan salat ini mestinya juga menjadi sikap hidup di manapun seseorang berada jika ingin meraih spiritual happiness.
Oleh karenanya, spiritual happiness merupakan perkembangan dan buah lanjut dari intellectual happiness, aesthetical happiness dan moral happiness sebagaimana disinggung di depan.
Ruhani dan nurani akan merasa lega dan bahagia jika orientasi hidup seseorang lebih menyenangi untuk memberi, bukannya mengambil dan menerima.
Kebahagiaan spiritual mudah ditemukan pada pribadi-pribadi altruistic, yaitu mereka yang selalu mensyukuri hidupnya dengan cara berbagi kebahagiaan pada orang lain.