Empat Macam Ayat Tuhan
SATU jalan untuk menelusuri jejak kehadiran dan karya Tuhan adalah melalui Kitab Suci (kitabiyah). Bagi umat Islam tentu saja Alqur'an.
Makanya satu di antara ciri budaya Islam adalah budaya teks. Alqur'an ditafsirkan oleh Hadith, yaitu teks himpunan sabda Rasul Muhammad, sementara Alqur'an dan Hadith ditafsirkan terus-menerus oleh para ulama sehingga melahirkan sekian banyak mazhab.
Dalam bidang teologi, filsafat, tasawuf, fiqih, politik, semuanya terdapat mazhab (school of thought) sebagai produk penafsiran atas ayat-ayat kitabiyah dan ayat tarikhiyah. Semua mazhab itu menunjukkan kekayaan, kebebasan, dan kreativitas ulama dalam upaya memahami pesan ayat-ayat Tuhan yang tumbuh dalam dunia Islam.
Mereka sepakat pada sumber pokok ajaran Islam, yaitu Alqur'an yang mengajarkan tauhid, namun berbeda tafsiran ketika menyangkut kontekstualisasi mengingat perbedaan zaman dan ruang serta masyarakat yang dihadapi. Ketika umat Islam berkembang di daerah bahari atau sebagian umat Islam hidupnya lebih banyak melakukan penerbangan dari negara yang satu ke negara lain, tentu Kitab Fiqih yang disusun oleh penduduk di wilayah padang pasir dalam beberapa hal tidak cocok. Misalnya dalam hal bagaimana menentukan waktu salat dan puasa.
Begitupun fiqih politik dalam sebuah negara kesultanan Islam, sistim republik seperti di Indonesia, atau pemerintahan sekuler seperti halnya di Barat, diperlukan tafsiran kontekstual terhadap ayat-ayat kitabiyah dan tarikhiyah. Karena namanya ijtihad dan tafsiran, hasilnya tidak absolut, namun merupakan usaha optimal berdasarkan nalar dan ayat-ayat Tuhan untuk meraih kebenaran.
Semua itu pada urutannya akan memperkaya khazanah pengalaman dan pengetahuan sejarah bagaimana manusia membaca ayat-ayat Tuhan untuk mendapatkan kebenaran dan memantapkan iman.