Rabu, 1 Oktober 2025

Menyongsong Ramadan

Citizen Reporter: Menyambut Ramadan di Turki

Bagi kami anak-anak Aceh di Turki, meugang kali ini sungguh istimewa

Editor: Dahlan Dahi
zoom-inlihat foto Citizen Reporter: Menyambut Ramadan di Turki
IST
WARDATUL ULA ANWAR

Laporan ini dikirim ke Serambi Indonesia, Banda Aceh (TRIBUNnews.com Network)

WARDATUL ULA ANWAR,

mahasiswa asal Aceh Besar,

melaporkan dari Ankara, Turki

RAMADHAN akan segera tiba. Tahun ini puasa Ramadhan akan sangat berbeda bagi saya, karena berjauhan dengan keluarga dan orang-orang terdekat. Ini tentu tak menyenangkan. Tapi justru akan menambah spirit kemandirian dan pengalaman menarik bagi saya dan teman-teman asal Aceh yang kini belajar di Turki. 

Setiap negara sudah pasti punya tradisi tersendiri dalam menyambut datangnya Ramadhan. Apalagi di negara kita yang memiliki keberagaman budaya dan tradisi yang berbeda-beda.

Di Aceh, misalnya, kita mengenal tradisi makmeugang atau meugang. Dalam tradisi meugang, dua tiga hari menjelang 1 Ramadhan, orang Aceh biasanya menyembelih banyak lembu, kerbau, atau kambing. Konon tradisi meugang di Aceh sudah ada sekitar tahun 1400 Masehi.

Setiap keluarga menyediakan aneka makanan yang bahan bakunya daging. Seakan wajib, tak peduli tingkat sosial ekonominya, setiap kepala keluarga harus mampu membeli daging di hari makmeugang menyambut Ramadhan maupun Idul Fitri serta Idul Adha.

Sejumlah orang yang memiliki kelebihan materi juga memanfaatkan momentum meugang ini untuk beramal, berbagi dengan mereka yang tak mampu membeli daging meugang.

Bagi kami anak-anak Aceh di Turki, meugang kali ini sungguh istimewa. Selain tempat dan suanananya berbeda, kami sengaja merayakan tradisi ini lebih cepat daripada jadwal biasanya.

Merayakan meugang bersama ini digagas Ikatan Mahasiswa Aceh Turki (Ikamat). Organisasi yang dibentuk 15 Oktober 2011 ini menyiapkan perayaan meugang semenarik mungkin. Ikamat mengundang seluruh mahasiswa Aceh yang tersebar di seantero Turki. Akhirnya, pada 14 Juli 2012, kami berkumpul bersama di Kucuk Çamlica, merayakan tradisi khas Aceh ini.

Meugang ini turut dihadiri oleh pengurus mahasiswa Indonesia dari Pasiad. Selain mencicipi segala masakan yang ada, meugang sederhana ini juga menjadi ajang berkenalan bagi kami. Sebagai puncak acara panitia juga mengajak peserta berdiskusi mengkaji ajaran Islam. Acara yang diikuti 22 lelaki dan 14 perempuan ini ditutup dengan jamuan buah-buahan segar.

Warga Turki memang tidak mengenal tradisi meugang. Tapi mereka yang dikenal murah hati selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbagi, bukan hanya menjelang hari-hari besar Islam saja. Apalagi untuk kami pelajar dan mahasiswa yang merantau di negeri mereka.

Dalam memberikan bantuan pun, Pemerintah Turki tidak tanggung-tanggung, sehingga tradisi menyambut Ramadhan di Turki dikenal dunia dengan acara besar yang mewah di saat Iftar. 

Tapi berbeda dengan di Aceh, beberapa hari lagi menjelang Ramadhan, saya belum lihat kesibukan penduduk Turki dalam menyiapkan segala keperluan menjelang Ramadhan seperti persiapan bahan makanan dan gotong royong di masjid atau meunasah. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved