Kamis, 2 Oktober 2025

Dua Gerakan 'Putih' di Hari Pencoblosan 17 April

Dua gerakan 'Putih' akan dilakukan sesaat sebelum masyarakat melakukan pencoblosan.

Penulis: Amriyono Prakoso
Kompas.com/PRIYOMBODO
Ilustrasi 

Gerakan Rabu Putih akan mendorong masyarakat untuk memilih. Menurut Gus Yaqut, menilik dari sejumlah lembaga survei, tingkat partisipasi untuk tidak memilih di Pilpres masih tergolong tinggi.

Gerakan Rabu Putih melalui Salat Subuh berjemaah, dan akan bersama-sama berangkat ke TPS menggunakan baju putih. "Kita akan bergerak lebih santun, kita akan melakukan salat subuh berjemaah di masjid-masjid yang bisa kita akses. Kemudian kita akan berangkat bersama-sama baju putih," tutur Gus Yaqut.

Gus Yaqut menerangkan, baju putih merupakan identitas pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan KH. Ma'ruf Amin. Di surat suara, pasangan Jokowi-Ma'ruf mengenakan pakaian serba putih dan peci hitam. 

"Karena itu identitas kita, identitas kiai kami, itu yang sedang berkontestasi. Kita akan jamin gerakan kita lebih santun, tidak akan ada provokasi. Kita ingin mengajak warga, masyarakat riang gembira menghadapi pemilihan. Jadi tidak ada yang perlu didramitisir, ditakuti, provokasi, intimidasi," imbuh Gus Yaqut.

Picu Konflik

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini menjelaskan kedua gerakan tersebut, justru akan memicu konflik saat pencoblosan berlangsung. Jelas dia, masyarakat saat ini sudah terpolarisasi dan tidak sepenuhnya dapat menyikapi secara dewasa gerakan-gerakan tersebut.

"Justru ini memicu konflik dan gesekan antar masyarakat. Keadaannya saat ini, dua kelompok berbaju putih akan ada di TPS, tetapi tidak semua masyarakat kita dapat dewasa menyikapi hal ini," ujarnya.

Sebaliknya, dia meminta agar tim pasangan calon dan partai politik dapat mencegah hal ini terjadi. Tim pemenangan akan lebih baik fokus untuk menjelaskan program kerja pada saat masa kampanye.

Pada prinsipnya, Saat hari pencoblosan berlangsung, sudah tidak ada lagi penggiringan opini dan memobilisasi massa. "Ya sebaiknya dilakukan sekarang pada masa kampanye. Saat pencoblosan sudah tidak ada lagi mobilisasi massa dan lain-lain. Itu lah mengapa ada yang namanya masa tenang," imbuh dia.

Lagipula, menurutnya, dua gerakan tersebut, sama sekali tidak berpengaruh apa-apa kepada pemilih. Ada atau tidak ada gerakan putih itu, pemilih sudah menentukan pilihannya. "Sudah tidak ada lagi efek elektoral. Pemilih sudah tahu siapa yang akan dipilih," jelasnya.

Sementara pihak kepolisian, menjelaskan bahwa ada gerakan untuk mengintimidasi pemilih untuk tidak datang ke TPS. Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Wakabaintelkam) Mabes Polri, Irjen Pol Suntana  mengatakan rencana itu akan dilakukan oleh kelompok tertentu dan akan berkumpul di tempat ibadah.

"Mereka akan berkumpul di tempat-tempat ibadah, sudah itu mereka akan mengintervensi, datang ke TPS. Terkesan ada upaya intimidasi untuk tidak datang ke TPS untuk melaksanakan haknya," ungkap dia di Rakornas Kewaspadaan dan Pemantapan Penyelenggaraan Pemilu di Jakarta.

Ia berharap seluruh pihak untuk mencegah hal ini terjadi, terlebih kelompok tersebut akan mengatasnamakan dalil agama dalam penyampaiannya terhadap calon pemilih. "Tolong diwaspadai gerakan seperti ini. Tolong dijaga agar tidak sampai terjadi," tukasnya.(tribunnews/amryono prakoso)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved