Jumat, 3 Oktober 2025

Dua Gerakan 'Putih' di Hari Pencoblosan 17 April

Dua gerakan 'Putih' akan dilakukan sesaat sebelum masyarakat melakukan pencoblosan.

Penulis: Amriyono Prakoso
Kompas.com/PRIYOMBODO
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua gerakan 'Putih' akan dilakukan sesaat sebelum masyarakat melakukan pencoblosan.

Gerakan 'Subuh Putih' yang diinisiasi oleh Persaudaran Alumni 212, dan 'Rabu Putih' yang dipelopori oleh GP Ansor. Keduanya, mengklaim menginginkan adanya Pemilu yang damai dan mengenakan baju berwarna putih saat pencoblosan berlangsung.

Sekjen PA 212, Bernard Abdul Jabbar mengatakan penyelenggaraan Subuh Putih adalah hal yang sudah direncanakan sejak lama dan hal yang lumrah dilaksanakan.

Tujuannya, jelas dia, hanya mengajak masyarakat untuk Salat Subuh berjamaah. Tidak ada hal perlu dikhawatirkan oleh masyarakat. "Ini kan memang sudah direncanakan matang. Apa yang harus ditakutkan? Ini sudah biasa," kata dia saat dihubungi, Jakarta, Rabu (27/3).

Dia membantah, seluruh hal terkait dengan pernyataan negatif mengenai gerakan 'Subuh Putih'.

Baca: Asistennya Meninggal Saat Menjalani Perawatan di RS Polri, Ivan Gunawan: Hati-hati di Surga Sayang

Menurutnya, pernyataan-pernyataan itu merupakan ketakutan dari tim pemenangan calon presiden. Padahal, dia mengatakan, seluruh gerakan yang dibuat oleh tim pemenangan nomor urut 01, tidak ada yang dikomentari dan dikritisi oleh pihaknya.

Baca: Kubu Prabowo Minta KPU Tempatkan Pemantau Pemilu di TPS yang Rawan Curang

"Dari dulu, mereka mau bikin gerakan apa saja, kita tidak pernah permasalahin kok. Tidak komentarin juga, biasa saja. Tapi, kalau kita bikin apa-apa, mereka jadi komentar, menuduh yang tidak-tidak," jelasnya.

Khusus untuk gerakan 'Rabu Putih', Bernard mengatakan gerakan tersebut tidak lain hanya mengikuti gerakan yang sudah direncanakan oleh pihaknya. "Ah itu mah cuma ikut-ikutan saja. Namanya saja sudah tidak kreatif. Kan bisa Rabu Merah atau Rabu apa lah," tukasnya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, menyerukan gerakan Rabu Putih pada seluruh anggota Ansor di pemilihan presiden (Pilpres) 2019. 

Baca: Foto Pembunuh Melinda Zidemi Beredar, Wajahnya Kurus Sesuai Penuturan Bocah yang Sempat Diculik

Gus Yaqut berujar, gerakan Rabu Putih akan digalang atas keprihatinan maraknya hoaks atau berita bohong dan ujaran kebencian yang menyeruak jelang Pilpres.

Ujaran kebencian membuat masyarakat terbelah menjadi dua seperti diametral. Hoaks dan ujaran kebencian, menurut Gus Yaqut, memengaruhi masyarakat untuk tidak berangkat ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), menggunakan hak pilih.

Demi meningkatkan partisipasi masyarakat memiih, GP Ansor akan melakukan gerakan Rabu Putih. 

"Kemudian kita tetapkan sebagai sebuah gerakan, kita ajak seluruh komponen masyarakat, artinya ini bukan milik Ansor saya kira. Kita lempar ini ke masyarakat agar seluruh komponen masyarakat terlibat dalam gerakan rabu putih ini," ujar Gus Yaqut di Wonosobo, Jawa Tengah.

Gus Yaqut memastikan jutaan anggota Ansor akan turut serta dalam gerakan Rabu Putih. Sebagian anggota Ansor akan difungsikan sebagai tenaga pembantu pengamanan TNI dan Polri pada 17 April 2019.

Sementara, sebagian lainnya untuk berpartisipasi dalam gerakan Rabu Putih. "Kita punya 4,7 juta kader Ansor seluruh Indonesia. Sebagian kita akan fungsikan mereka sebagai tenaga pembantu pengamanan TNI, Polri. Kemudian yang lain, yang tidak sedang bertugas, kita minta untuk menggerakkan pemilih," tutur Gus Yaqut.

Gerakan Rabu Putih akan mendorong masyarakat untuk memilih. Menurut Gus Yaqut, menilik dari sejumlah lembaga survei, tingkat partisipasi untuk tidak memilih di Pilpres masih tergolong tinggi.

Gerakan Rabu Putih melalui Salat Subuh berjemaah, dan akan bersama-sama berangkat ke TPS menggunakan baju putih. "Kita akan bergerak lebih santun, kita akan melakukan salat subuh berjemaah di masjid-masjid yang bisa kita akses. Kemudian kita akan berangkat bersama-sama baju putih," tutur Gus Yaqut.

Gus Yaqut menerangkan, baju putih merupakan identitas pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan KH. Ma'ruf Amin. Di surat suara, pasangan Jokowi-Ma'ruf mengenakan pakaian serba putih dan peci hitam. 

"Karena itu identitas kita, identitas kiai kami, itu yang sedang berkontestasi. Kita akan jamin gerakan kita lebih santun, tidak akan ada provokasi. Kita ingin mengajak warga, masyarakat riang gembira menghadapi pemilihan. Jadi tidak ada yang perlu didramitisir, ditakuti, provokasi, intimidasi," imbuh Gus Yaqut.

Picu Konflik

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini menjelaskan kedua gerakan tersebut, justru akan memicu konflik saat pencoblosan berlangsung. Jelas dia, masyarakat saat ini sudah terpolarisasi dan tidak sepenuhnya dapat menyikapi secara dewasa gerakan-gerakan tersebut.

"Justru ini memicu konflik dan gesekan antar masyarakat. Keadaannya saat ini, dua kelompok berbaju putih akan ada di TPS, tetapi tidak semua masyarakat kita dapat dewasa menyikapi hal ini," ujarnya.

Sebaliknya, dia meminta agar tim pasangan calon dan partai politik dapat mencegah hal ini terjadi. Tim pemenangan akan lebih baik fokus untuk menjelaskan program kerja pada saat masa kampanye.

Pada prinsipnya, Saat hari pencoblosan berlangsung, sudah tidak ada lagi penggiringan opini dan memobilisasi massa. "Ya sebaiknya dilakukan sekarang pada masa kampanye. Saat pencoblosan sudah tidak ada lagi mobilisasi massa dan lain-lain. Itu lah mengapa ada yang namanya masa tenang," imbuh dia.

Lagipula, menurutnya, dua gerakan tersebut, sama sekali tidak berpengaruh apa-apa kepada pemilih. Ada atau tidak ada gerakan putih itu, pemilih sudah menentukan pilihannya. "Sudah tidak ada lagi efek elektoral. Pemilih sudah tahu siapa yang akan dipilih," jelasnya.

Sementara pihak kepolisian, menjelaskan bahwa ada gerakan untuk mengintimidasi pemilih untuk tidak datang ke TPS. Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Wakabaintelkam) Mabes Polri, Irjen Pol Suntana  mengatakan rencana itu akan dilakukan oleh kelompok tertentu dan akan berkumpul di tempat ibadah.

"Mereka akan berkumpul di tempat-tempat ibadah, sudah itu mereka akan mengintervensi, datang ke TPS. Terkesan ada upaya intimidasi untuk tidak datang ke TPS untuk melaksanakan haknya," ungkap dia di Rakornas Kewaspadaan dan Pemantapan Penyelenggaraan Pemilu di Jakarta.

Ia berharap seluruh pihak untuk mencegah hal ini terjadi, terlebih kelompok tersebut akan mengatasnamakan dalil agama dalam penyampaiannya terhadap calon pemilih. "Tolong diwaspadai gerakan seperti ini. Tolong dijaga agar tidak sampai terjadi," tukasnya.(tribunnews/amryono prakoso)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved