Jumat, 3 Oktober 2025

Pilpres 2019

Fahri : Jokowi Kuat di Kalangan Bawah Karena Faktor 10 Tahun SBY

"Kalau menurut saya ini efek Kenapa Jokowi itu yang menang karena efek 10 tahun di masa SBY," kata Fahri Hamzah

Tribunnews/JEPRIMA
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah saat mengunjungi redaksi Tribunnews di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (29/1/2019). Kunjungan Fahri Hamzah tersebut dalam rangka membahas perkembangan isu politik terkini sekaligus bersilaturahmi dengan Redaksi Tribunnews. (Tribunnews/Jeprima) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil ketua DPR Fahri Hamzah menilai kuatnya Jokowi di kalangan bawah seperti yang dipaparkan riset LSI Denny JA dikarenakan efek 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY). 

Saat Pemilu 2014 lalu, kata Fahri Hamzah, Jokowi terasosiasi dengan SBY. Jokowi dinilai bisa menghasilkan capaian seperti yang dilakukan oleh SBY.

Baca: Fahri: Tantangan Prabowo di Darat, Jokowi di Udara

"Kalau menurut saya ini efek Kenapa Jokowi itu yang menang karena efek 10 tahun di masa SBY, itu kan orang sudah tenang kan jadi melihat Pak Jokowi waktu itu dengan versus Pak Prabowo, orang asosiasikan bahwa yang baik-baik aja lah, kira-kira gitu. Jadi dilihat tipikal itu kira-kira gitu kan Bekas Walikota, bekas Gubernur dianggap sudah berpengalaman dan sebagainya Itu 5 tahun 4 tahun yang lalu," kata Fahri Hamzah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, (8/2/2019).

Fahri Hamzah menambahkan, masyarakat saat itu menilai bahwa gaya SBY dan Prabowo dalam kepemimpinan sangat jauh berbeda. Ditambah lagi saat itu, Prabowo Subianto terus diserang oleh isu-isu kontroversial. 

Baca: Sejak 26 Januari 2019, Ahok Resmi Gabung PDI Perjuangan

Sementara sekarang kondisinya sudah berubah. Fahri Hamzah menilai Prabowo Subianto tidak mempunyai beban dan berkoalisi dengan SBY.

Namun yang harus dicatat menurut Fahri Hamzah, kondisi akar rumput yang mendukung Jokowi itu hanya bisa berubah bila Prabowo Subianto agresif dalam berkampanye.

Karena menurut Fahri Hamzah, tipikal akar rumput di Indonesia tidak mudah berubah.

"Karena prinsipnya grassroot kita itu juga tidak terlalu mudah berubah-rubah ya. Tapi kalau sudah basisnya itu adalah persoalan ketenangan, kenyamanan, dan kesehatan, kelaparan, kemiskinan dan sebagainya gitu itu akan berubah. Tapi itu juga hanya berubah kalau secara agresif Prabowo bisa menjanjikan sesuatu yang lebih baik," tutur Fahri Hamzah.

Sebelumnya, Lembaga penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut, pasangan Jokowi - Maruf Amin unggul dari Prabowo-Sandi di kantong suara pemilih wong cilik atau masyarakat dengan penghasilan rendah.

Pasangan Jokowi - Maruf Amin mendapat dukungan 58,4 persen suara. Sedangkan, pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno mendapat dukungan 24,7 persen suara. Diketahui, pemilih muslim adalah pemilih mayoritas dengan populasi kurang lebih 50,3 persen.

Hasil itu terlihat dari survei LSI yang yang dilakukan 18-25 Januari 2019 dengan melibatkan 1.200 responden.

"Jokowi - Maruf Amin masih unggul dipemilih wong cilik dengan dukungan 58,4 persen. Sementara, Prabowo-Sandi memperoleh 24,7 persen. Ada sebesar 16,9 persen pemilih yang masih belum menetukan pilihan," kata Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (7/2/2019).

"Keunggulan Jokowi - Maruf Amin cukup telak dengan selisih hampir 34 persen di kantong pemilih wong cilik," tambahnya.

Dukungan wong cilik terhadap Jokowi terhitung meningkat sejak survei pertama pada Agustus 2018.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved