Pilpres 2019
Pasangan Jokowi-Ma'ruf Unggul di Kalangan Milenial
Sejumlah pengamat mengatakan kedua pasangan calon yang bertarung dalam Pemilu Presiden 2019 memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pengamat mengatakan kedua pasangan calon yang bertarung dalam Pemilu Presiden 2019 memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pengamat politik M Qodari mengatakan keuntungan atau kelebihan pasangan Jokowi-Ma'ruf yakni akses ke media sosial yang tinggi karena memiliki follower yang lebih besar ketimbang pasangan Prabowo-Sandi.
Baca: Maruf Amin Siapkan Gerakan Sembilan Arus Baru Indonesia di Pilpres 2019
"Saya sudah melihat data, jadi kalau paling banyak pengikut di Twitter misalnya, follower Jokowi berjumlah 10,4 juta, Prabowo hanya 3,3 juta. Jadi siapa yang unggul? Kemudian, kalau Sandi 1 juta follower dan Ma'ruf hanya 8.000. Di instagram, Jokowi punya pengikut 12,1 juta, Prabowo cuma 1,6 juta. Sedangkan Sandi 2 juta dan Ma'ruf cuma 4 ribu. Jadi jomplang sekali, " kata Qodari, di Warung Daun, Jakarta, Senin (24/9/2018).
Menurutnya Jokowi memiliki keunggulan pada kaum milenial karena memiliki konten yang lebih baik di media sosial.
Jokowi dinilai kontemporer yang dekat dengan kelompok milenial.
Baca: Prabowo Pastikan Kehadirannya dalam Acara National Day Saudi Arabia Tidak Membahas Pilpres
"Walaupun nggak tahu cocok apa nggak. Tapi Jokowi lebih kontemporer daripada Prabowo yang bisa kita lihat dari gaya berpakaiannya. Prabowo lebih ke angkatan '45. Kalau gaya berpakaian Jokowi lebih ke generasi X, Prabowo lebih ke generasi tradisonal, " katanya.
Menurutnya apabila hal tersebut dikelola dengan baik maka akan memberikan keuntungan yang signifikan.
Apalagi menurutnya suara kaum milenial pada Pemilu nanti mencapai 40 persen lebih.
Baca: Nama OSO Dicoret KPU dari Daftar Calon Anggota DPD, Yusril: Kami Lakukan Perlawanan
Meskipun demikian menurut Qodari, pasangan Jokowi-Ma'ruf memiliki kelemahan yang cukup krusial.
Pasangan yang diusung 9 partai tersebut dinilai masih lemah di jaringan Islam.
"Karena Islam ada yang tradisional dan itu manifestonya dalam bentuk organisasi NU. Kelemahan Jokowi, lemah di kalangan Islam modernis," katanya.
Baca: Mantan Dirut Pertamina Ditahan di Rutan Pondok Bambu
Karena itu, menurutnya sudah tidak ada waktu bagi Jokowi untuk segera membuat strategi cerdas agar bisa masuk ke dalam kelompok ini.
"Jadi sudah nggak ada waktu lagi kalau merangkul semua komunitas. Paling penting saat ini adalah, komunitas Islam modernis dan terutama yang milenial," katanya.
Sementara itu, Peneliti LSI Ikram Masloman mengatakan sulit untuk menjaring atau menggiring suara kaum milenial bagi kedua pasangan calon.
Namun menurutnya kaum milenial sekarang ini cenderung lebih suka terhadap kegiatan yang bertema sosial.