Rabu, 1 Oktober 2025

Piala Dunia 2010

Kontroversi Wasit, Manusia vs Teknologi

Kontroversi seputar keputusan wasit Piala Dunia kembali terjadi. Contohnya, Gol Lampard ke gawang Jerman pun diabaikan wasit.

Editor: Iwan Apriansyah
zoom-inlihat foto Kontroversi Wasit, Manusia vs Teknologi
AP
Tendangan Frank Lampard yang membentur mistar gawang dan sempat melewati garis gawang dalam laga Inggris melawan Jerman di Stadion Free State Manggaung Blomfontein, Minggu (27/6/2010). Wasit tak mengagap itu sebuah gol.

ENTAH untuk ke berapa kalinya kontroversi seputar keputusan wasit kembali terjadi. Gol Frank Lampard yang sudah melewati garis gawang Jerman diabaikan wasit. Beberapa jam kemudian, gol dari Carlos Tevez, yang sebelumnya jelas-jelas berdiri di posisi ”off-side”, malah disahkan wasit.

Kinerja wasit pun dikritik. Kurang telitilah, kurang tanggaplah, dan sebagainya. Namun, bagaimanapun, kritik semacam itu rasanya tidak pada tempatnya. Sampai kapan pun, peluang wasit melakukan kesalahan akan tetap ada. Sehebat apa pun wasit dan linesman, setajam apa pun mata mereka, kesalahan tetap akan terulang lagi.

Standar tinggi
Pemilihan wasit yang turun di Piala Dunia 2010 jelas berdasarkan standar sangat tinggi. Penguasaan terhadap detail peraturan sepak bola jelas sudah tidak usah diragukan lagi.

Kebugaran mereka jelas memenuhi syarat sehingga tidak ada alasan wasit kedodoran akibat berlarian ke sana kemari. Bahkan, untuk urusan kebugaran, FIFA menyediakan kamp khusus agar wasit bisa rutin berlatih, menjaga performa fisik.

Namun, wasit tetap manusia. Pengamatan mereka bisa salah, penilaian mereka juga bisa keliru. Standar yang tinggi tetap tidak bisa menjamin wasit bebas dari kesalahan. Kekeliruan dalam mengambil keputusan sampai kapan pun bisa terjadi.

Oleh karena itu, kontroversi gol Lampard yang diabaikan wasit dan gol Tevez yang off-side tidak meruncing pada perdebatan bagus tidaknya wasit di Piala Dunia. Topik besar perdebatan yang muncul dari kontroversi tersebut adalah perlu tidaknya FIFA mengadopsi kemajuan teknologi untuk membantu wasit mengambil keputusan.

Isu pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu wasit adalah barang lama. Dan sejak lama pula FIFA menegaskan penolakan mereka terhadap teknologi.

FIFA menolak penggunaan tayangan ulang video. Wasit sama sekali dilarang mengambil keputusan berdasarkan rekaman video. Tidak mengherankan, meski tayangan ulang di layar raksasa di stadion memperlihatkan Tevez off-side, wasit tetap menyatakan gol pemain Argentina ini sah. Wasit tidak mau dianggap mengambil keputusan berdasarkan rekaman video.

Untuk membantu tugas wasit, pernah ada usulan agar bola dipasangi cip khusus. Posisi bola pun dapat terdeteksi dengan lebih teliti. Tidak ada lagi keraguan apakah bola sudah melewati garis gawang atau belum.

”Biarkan sepak bola seperti adanya. Biarkan sepak bola tetap dengan kesalahan-kesalahannya,” ujar Presiden FIFA Sepp Blatter saat merespons usulan penggunaan rekaman video dan teknologi garis gawang pada 2008.

Cabang lain
Penggunaan teknologi canggih diterapkan cabang tenis sejak beberapa tahun lalu. Hawk-eye memungkinkan diperoleh kepastian masuk tidaknya bola. Hawk-eye memanfaatkan kecanggihan komputer membuat visualisasi terhadap perjalanan bola.

Petenis yang tidak menyetujui keputusan hakim garis bisa melakukan challenge. Visualisasi jatuhnya bola pun ditayangkan di layar. Keputusan hakim garis diuji lewat tayangan ini.

Hanya Grand Slam Perancis Terbuka yang tidak menggunakan hawk-eye. Alasannya, lapangan tanah liat memungkinkan siapa pun untuk menemukan jejak jatuhnya bola. Di luar teknologi hawk-eye, ada teknologi rekaman video. Bola basket, hoki es, hoki lapangan, kriket, dan rugbi memperbolehkan pemanfaatan teknologi ini.

Sepak bola bukannya tidak tertarik dengan teknologi. Uji coba teknologi garis gawang dan cip dilakukan pada 2007. Namun, setahun kemudian, Blatter menolak teknologi.

Uji coba pun dihentikan. Ofisial tambahan yang bertugas di dekat gawang diperkenalkan di Liga Europa. Namun, belakangan terbukti, penambahan ofisial itu tetap tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan dalam membuat keputusan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved