Lewat Green Breath Activity, UT Tanam Harapan untuk Masa Depan Hijau
Melalui kegiatan Green Breath Activity bertema “Hirup Napas Hijau, Tanam Masa Depan”, UT menegaskan komitmennya dalam mendukung Tujuan SDGs
Editor:
Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah tantangan perubahan iklim, perguruan tinggi memegang peranan penting untuk menanamkan kesadaran lingkungan pada generasi muda.
Universitas Terbuka (UT) menunjukkan bahwa kampus dengan sistem pendidikan jarak jauh tetap bisa menjadi motor penggerak keberlanjutan. Melalui kegiatan Green Breath Activity bertema “Hirup Napas Hijau, Tanam Masa Depan”, UT menegaskan komitmennya dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Digelar pada Kamis (25/9/2025) di area Danau Universitas Terbuka, acara ini merupakan bagian penutup dari rangkaian Galeri PTJJ UT & UIGM National Meeting 2025. Pada kegiatan ini, dilakukan aksi penanaman tiga jenis pohon yaitu Tabebuya, Cengkeh, dan Kamboja Bali.
Tabebuya dipilih sebagai simbol harapan dan keindahan kolaborasi. Sementara Cengkeh dipilih sebagai lambang ketahanan, keberlanjutan, dan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Terakhir Kamboja Bali dipilih menjadi simbol kesadaran spiritual dan harmoni antara manusia dengan alam.
“Tabebuya, Cengkeh, dan Kamboja Bali yang kita tanam hari ini akan menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil kita akan memberi dampak besar bagi masa depan,” ucap Rektor Universitas Terbuka, Prof. Dr. Ali Muktiyanto, S.E., M.Si., dalam sambutannya, Kamis (25/9).
UT dan Strategi Hijau dalam Pendidikan Jarak Jauh
Meski mahasiswa UT tersebar di berbagai wilayah Indonesia tanpa harus hadir di kampus, nilai keberlanjutan senantiasa ditanamkan melalui berbagai cara. Dengan mengedepankan ekosistem pendidikan digital, UT menciptakan sistem pembelajaran yang selaras dengan prinsip ramah lingkungan.
“Kuliah di UT artinya juga menyumbang hemat terhadap emisi karbon, hemat terhadap konsumsi bahan bakar, dan hemat terhadap pepohonan, cinta pepohonan. Karena hampir semua sisi pembelajaran di UT dapat diakses secara digital,” jelasnya.
Baca juga: Gelar Bakti Sosial, Universitas Terbuka Berikan Layanan Pemeriksaan Mata Gratis Kepada 500 Siswa
Selain itu, Prof. Ali menyampaikan akan mengimbau setiap mahasiswa untuk menanam satu pohon di lingkungan tempat tinggalnya. Adanya hal ini guna mempertegas peran mahasiswa dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“UT ingin mahasiswa berdampak kepada lingkungan, kepada masyarakat secara nyata, dan bisa menjadi champion di lingkungannya masing-masing,” jelas Prof. Ali kepada wartawan usai aksi penanaman pohon di area Danau UT, Tangerang Selatan, Kamis (25/9).
Prof. Ali berharap, pohon yang ditanam menjadi saksi perjalanan mahasiswa hingga lulus, sekaligus simbol kepedulian lingkungan yang tumbuh bersama mereka.
Lebih jauh, komitmen hijau UT juga tercermin dalam pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi yang diselaraskan dengan agenda SDGs. Pada aspek pendidikan, UT terus mempercepat proses digitalisasi bahan ajar, layanan tutorial, hingga sistem evaluasi belajar.
“Nah, proses ini tidak lagi dilakukan secara manual dengan konsumsi kertas dan sebagainya, tapi langsung dilakukan lewat platform digital kita,” jelas Prof. Ali.
Kemudian dalam bidang penelitian, UT mengalokasikan sebagian anggarannya secara khusus untuk riset yang berfokus pada isu-isu keberlanjutan.
Topik seperti kelestarian lingkungan, pendidikan sepanjang hayat, hingga inovasi hijau menjadi prioritas agar hasil penelitian dapat memberi kontribusi langsung bagi masyarakat dan bumi.
Komitmen yang sama juga tercermin pada kegiatan pengabdian masyarakat. Di berbagai daerah, UT aktif mendorong program yang mengintegrasikan pemberdayaan sosial dengan kepedulian lingkungan.
“Reputasi UT tidak hanya dibangun melalui prestasi akademik para mahasiswa, tetapi juga dari dampak nyata yang mereka hasilkan bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Prof. Ali.
Kolaborasi Menuju Kampus Berkelanjutan
Wakil Kepala UI Green Metric, Dr. Abellia Anggi Wardani, S.Hum., M.A, mengapresiasi UT yang sangat berkomitmen dan mendukung upaya-upaya sustainability di Indonesia, salah satunya dengan konsistensi dalam mengintegrasikan prinsip hijau ke dalam pendidikan jarak jauh.
Dr. Abel juga menekankan bahwa masuknya UT ke dalam jaringan UI Green Metric bukan sekadar soal peringkat, melainkan tentang membangun semangat kolektif.
“Pemeringkatan itu hanya salah satu output, tapi yang jauh lebih penting adalah networking yang terbentuk. Dari forum seperti ini, kampus-kampus bisa saling memupuk dan menanamkan semangat green,” jelasnya.
Ia menambahkan, jaringan UIGM tidak hanya memperkuat kolaborasi di tingkat nasional, tetapi juga membuka ruang bagi universitas-universitas di dunia, khususnya dari negara-negara Global South.
“Kami ingin memberikan ruang dan suara bagi negara berkembang agar isu keberlanjutan bisa dilihat dari perspektif mereka. Jadi manfaatnya sangat besar, baik bagi Indonesia maupun bagi jejaring global,” pungkas Dr. Abel.
Dengan mengusung semangat kolaborasi pentahelix (akademisi, pemerintah, industri, komunitas, dan media), Green Breath Activity menegaskan bahwa komitmen keberlanjutan harus diwujudkan dalam aksi kolektif.
Dengan begitu, kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi lain di Indonesia untuk tidak hanya fokus pada inovasi akademik, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Dies Natalis ke-41, UT Perkuat Pendidikan Berkualitas lewat Inovasi Tanpa Batas |
![]() |
---|
Rektor UT Sapa 181 Ribu Mahasiswa Baru: Bukti Pendidikan Terbuka untuk Semua |
![]() |
---|
UT Surabaya Dan Lapas Kelas I Madiun Perkuat Akses Pendidikan Tinggi Bagi Warga Binaan |
![]() |
---|
Prof. Dr. Ali Muktiyanto Dilantik sebagai Rektor Baru UT, Usung Visi Meneguhkan Kewibawaan |
![]() |
---|
UT Resmikan Gedung Prof. Setijadi dan Gerbang Depan UT Pusat, Simbol Komitmen jadi Kampus Berdampak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.