Kunci Jawaban PAI Kelas 2 SD/MI Kurikulum Merdeka Halaman 70, Aktivitas Kelompok: Sikap Empati

TRIBUNNEWS.COM – Simak, berikut ini merupakan kunci jawaban buku pelajaran  Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas 2 SD/MI Kurikulum Merdeka halaman 70.

Pada buku pelajaran buku pelajaran PAI kelas 2 SD/MI Kurikulum Merdeka halaman -70 terdapat latihan soal bab 3.

Dalam soal tersebut siswa diminta menjawab pertanyaan yang telah terlampir.

Sebagai catatan, sebelum melihat kunci buku pelajaran PAI Kelas 2 SD/MI Kurikulum Merdeka Hal 70 siswa diminta untuk terlebih dahulu menjawab soal secara mandiri.

Kunci jawaban ini digunakan sebagai panduan dan pembanding oleh orang tua untuk mengoreksi pekerjaan anak.

Kunci Jawaban PAI Kelas 2 SD/MI Kurikulum Merdeka Hal 70, Aktivitas Kelompok: Sikap Empati

Kunci Jawaban PAI Kelas 2 SD/MI Kurikulum Merdeka Hal 70

Aktivitas Kelompok

Peserta didik dalam kelompok:

1. Diskusi tentang arti sikap empati dan contohnya;

Jawaban :

Baca juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 2 Halaman 91 Kurikulum 2013 Ayo Kerjakan Bab 12 Hidup Damai

Empati adalah kesadaran mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Dari rasa empati inilah akan lahir getaran hati dan keinginan untuk melakukan sesuatu.

Contoh empati :

• Mengucapkan bela sungkawa ketika mendengar berita duka.
• Menepuk punggung orang yang tengah mengalami kesulitan.
• Menenangkan dan berusaha menghibur orang lain yang tengah menangis.
• Membantu sesama yang tengah mengalami musibah

2. Membuat kreasi cerita pendek sederhana mengenai empati.

Jawaban :

"Kejutan di Taman"

Suatu sore, Mia berjalan pulang dari sekolah dengan langkah tergesa-gesa. Angin sepoi-sepoi meniup rambutnya yang terurai, namun pikirannya penuh. Ada ulangan matematika yang tak ia persiapkan dengan baik, dan dia merasa cemas. Begitu sampai di taman, Mia melihat seorang anak laki-laki duduk sendirian di bangku, tampak memegang lututnya, dan wajahnya menunduk.

Mia merasa aneh melihatnya. Biasanya, anak-anak seusia itu bermain bersama teman-teman mereka. Tapi anak ini tampaknya sedang sedih. Tanpa berpikir panjang, Mia mendekatinya dan duduk di sampingnya.

“Hai, kenapa kamu di sini sendirian?” tanya Mia lembut.

Anak laki-laki itu mengangkat wajahnya, matanya merah, dan dia mulai bercerita. “Aku baru saja bertengkar dengan teman-temanku di sekolah. Mereka bilang aku bodoh dan gak bisa main bola. Aku cuma ingin main seperti yang lain, tapi... mereka malah menjauhi aku.”

Mia terdiam sejenak, merasakan perasaan anak itu. Dia tahu betapa rasanya ketika teman-teman mengatakan hal yang menyakitkan. Tanpa ragu, Mia berkata, “Aku juga pernah merasa seperti itu. Waktu itu, aku merasa seperti gak punya tempat di antara teman-temanku. Tapi akhirnya, aku belajar bahwa kita semua punya kelebihan dan kekurangan. Mungkin mereka tidak mengerti perasaanmu sekarang, tapi itu gak berarti kamu tidak penting.”

Anak laki-laki itu menatap Mia, seolah untuk pertama kalinya merasa ada yang memahami dirinya. “Kamu yakin?” tanyanya, suara hampir tak terdengar.

Mia tersenyum, “Aku yakin. Semua orang butuh waktu untuk memahami satu sama lain. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.”

Anak itu tersenyum kecil, perlahan menghapus air matanya. Mia merasa lega melihatnya sedikit lebih baik.

“Terima kasih,” kata anak itu, “Aku merasa lebih baik sekarang.”

Mia bangkit dari bangku, memberi salam, dan melanjutkan langkahnya pulang. Meskipun dia juga merasa cemas akan ulangan yang belum dipelajarinya, hari itu ia merasa seolah telah memberi sedikit cahaya pada seseorang yang membutuhkan.

*) Disclaimer:

• Artikel ini hanya ditujukan kepada orang tua untuk memandu proses belajar anak.
• Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa.

(Tribunnews.com/Namira)