Jumat, 3 Oktober 2025

Dikukuhkan Jadi Guru Besar FK UI, Prof Yunia: Kesehatan Mata Faktor Krusial Produktivitas Kerja

UI mengukuhkan Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UI dalam bidang Plastik dan Rekonstruksi Mata

Dok UI
PENGUKUHAN GURU BESAR - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UI dalam bidang Plastik dan Rekonstruksi Mata di Kampus UI Salemba, Jakarta Rabu (5/2/2025). Dia menyampaikan kesahatan mata menjadi faktor krusial dalam mendukung produktivitas kerja. (Dok. UI) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UI dalam bidang Plastik dan Rekonstruksi Mata di Kampus UI Salemba, Jakarta Rabu (5/2/2025).

Pengukuhan dipimpin langsung oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU.

Prof Heri menyampaikan penghargaan akademik tertinggi diberikan atas Prof Yunia dalam pengembangan ilmu okuloplastik-rekonstruksi.

“Khususnya dalam penanganan kelainan kelopak mata yang berdampak pada kesehatan penglihatan masyarakat, dan secara berkelanjutan turut mendukung produktivitas bangsa,” ucapnya.

Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) dalam pidato pengukuhannya menyampaikan, penglihatan yang optimal memungkinkan seorang individu berfungsi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. 

“Kesehatan mata menjadi faktor krusial dalam mendukung produktivitas kerja yang secara masif turut mempengaruhi keberlanjutan ekonomi negara,” kata Prof Yunia.

Menurutnya, katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan namun gangguan penglihatan lainnya juga perlu diwaspadai.

“Salah satunya kelainan kelopak mata yang juga bisa berisiko serius pada penderitanya; mulai iritasi, kerusakan kornea, gangguan tajam penglihatan, bahkan sampai kebutaan,” sambungnya.

Lagoftalmus, yakni ketidakmampuan menutup kelopak mata secara sempurna, menjadi kelainan kelopak mata yang umum dialami para penderita lepra. 

Padahal, dari sisi jumlah, penderita lepra di Indonesia menjadi terbanyak ketiga, setelah India dan Brazil. 

Data Kementerian Kesehatan menyebut pada 2023 jumlah penderita lepra di Indonesia mencapai 12.798 kasus.

“Di sinilah pendekatan okuloplastik-rekonstruksi (atau bedah plastik dan rekonstruksi pada ilmu kesehatan mata) memiliki peran besar, sayangnya dalam implementasi masih menemui persepsi yang keliru. 

Dia berujar okuloplastik-rekonstruksi dianggap untuk kebutuhan estetika saja. 

Padahal cakupannya jauh lebih luas, termasuk pemulihan fungsi vital jaringan yang rusak. 

“Bukan hanya itu, pembiayaan untuk prosedur ini juga masih terkendala lantaran dianggap tidak esensial oleh asuransi kesehatan,” lanjut Prof Yunia.

Saat ini, Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) merupakan Head of Trauma Center Subspesialis Divisi Plastik dan Rekonstruksi Mata JEC Eye Hospitals and Clinics, President of Indonesian Society of Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery (INASOPRS) serta President of Indonesia Ophthalmic Trauma Society (INAOTS).

Dia juga menjadi pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menggagas Katamataku UI berupa pendampingan kesehatan yang komprehensif bagi pasien, mantan penderita dan komunitas lepra di Indonesia. 

Inisiatif ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup mereka secara berkelanjutan, menghapus stigma yang melekat, dan mendukung terciptanya masyarakat yang inklusif.  

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved