Selasa, 7 Oktober 2025

Materi Sekolah

Mengenal Batik Pedalaman atau Klasik dan Batik Pesisir, Berbeda Cara Pembuatan dan Motifnya

Berikut penjelasan mengenai batik pedalaman atau klasik dan batik pesisir.

Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Inza Maliana
Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id
Contoh batik pedalaman dengan motif truntum dari Jawa Tengah - Berikut penjelasan mengenai batik pedalaman atau klasik dan batik pesisir. 

Para pembatik keraton ibarat ibadah, suatu seni tinggi yang patuh pada aturan serta arahan arsitokrat Jawa.

Istilah-istilah batik pun mulai dikenal sejak zaman ini dan hampir semuanya menggunakan istilah dalam bahasa Jawa.

Ragam hias yang diciptakan pun bernuansa kontemplatif, tertib, simetris, bertata warna terbatas seperti hitam, biru tua (wedelan), dan soga/coklat.

Ragam hias ini memiliki makna simbolik yang beragam.

Oleh karena itu, batik dikenal masyarakat sebagai kebudayaan nenek moyang dari daerah Jawa.

Batik pedalaman sering disebut juga sebagai batik klasik.

Hal ini sesuai dengan beberapa alasan di atas.

Namun, akibat perkembangan masyarakat, maka batik dapat keluar dari kalangan keraton dan menyebar ke seluruh pelosok tanah air, sejalan dengan adanya integrasi budaya.

Contoh batik pedalaman dengan motif truntum dari Jawa Tengah
Contoh batik pedalaman dengan motif truntum dari Jawa Tengah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Motif truntum merupakan lambang cinta kasih yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum).

2. Batik pesisir

Batik pesisir adalah batik yang berkembang di masyarakat yang tinggal di luar benteng keraton, sebagai akibat dari pengaruh budaya daerah di luar Pulau Jawa.

Selain itu, adanya pengaruh budaya asing seperti Cina dan India, termasuk agama Hindu dan Budha yang menyebabkan batik tumbuh dengan berbagai corak yang beraneka ragam.

Kemudian, para pembatik daerah pesisir merupakan rakyat jelata yang membatik sebagai pekerjaan sambilan (pengisi waktu luang) yang sangat bebas aturan, tanpa patokan teknis.

Oleh sebab itu, ragam hias yang diciptakan cenderung bebas, spontan, dan kasar dibandingkan dengan batik keraton.

Para pembatik pesisir lebih menyukai cara-cara yang dapat mengeksplorasi batik seluas-luasnya sehingga banyak ditemui warna-warna yang tidak pernah dijumpai pada batik pedalaman/klasik.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved