Materi Sekolah
Mengenal Siklus Hidrologi, Proses Evaporasi hingga Presipitasi, dan Pengaruhnya Terhadap Iklim
Siklus Hidrologi atau siklus air terjadi setiap hari, berikut ini penjelasan proses Evaporasi hingga Presipitasi, serta pengaruhnya terhadap iklim.

TRIBUNNEWS.COM - Air merupakan komponen di Bumi yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup.
Tanpa adanya air, makhluk hidup tidak dapat melangsungkan kehidupan.
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika (NASA), air mengalami siklus hidrologi, yaitu siklus yang menggambarkan perjalanan air.
Siklus bermula saat molekul air bergerak dari permukaan bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bawah permukaan bumi.
Ketika siklus ini berlangsung, terdapat pertukaran kelembaban yang terjadi antara lautan, atmosfer, dan daratan.
Selengkapnya tentang Siklus Hidrologi, simak rangkuman berikut ini.
Baca juga: Mengenal Kelompok Tumbuh-tumbuhan: Lumut, Paku-pakuan, serta Tumbuhan Berbiji Lengkap dengan Contoh
Proses Terjadinya Siklus Hidrologi
Mengutip National Geographic, siklus air berawal dari proses Evaporasi, Kondensasi, hingga Presipitasi.
Berikut ini penjelasannya:
1. Evaporasi
Penguapan adalah proses perubahan permukaan cairan atau benda cair menjadi gas.
Dalam siklus air, air di laut, danau, atau sungai menguap karena suhu yang panas dan menjadi uap air.
Makhluk hidup dikelilingi oleh uap air dan menjadi bagian dari udara.
Selain matahari sebagai faktor utama sumber panas dan penguapan, evaporasi juga dapat dipengaruhi oleh angin, suhu, dan densitas badan air.
2. Kondensasi

Kondensasi disebut juga mengembun.
Proses mengembun terjadi ketika benda berwujud gas berubah menjadi cair.
Dalam siklus air, uap air di atmosfer mengembun dan menjadi cair.
Kondensasi dapat terjadi pada posisi yang tinggi di atmosfer atau di permukaan tanah.
Air berbentuk gas yang mengembun lalu membentuk awan.
Uap air yang mengembun di sekitar partikel kecil awan disebut cloud condensation nuclei (CCN).
Selain air laut maupun sungai, pengembunan air juga dapat terjadi pada butiran debu, garam, atau polutan ke atmosfer.
Seperti halnya penguapan, pengembunan juga dipengaruhi oleh matahari.
Saat uap air mendingin, ia mencapai batas titik embun.
Tekanan udara juga merupakan pengaruh penting terhadap titik embun di suatu daerah.
3. Presipitasi
Presipitasi adalah proses ketika titik air yang mengembun jatuh ke permukaan tanah.
Curah hujan menggambarkan setiap titik air cair atau padat yang jatuh ke Bumi sebagai akibat dari kondensasi di atmosfer.
Adapun curah hujan meliputi hujan, salju, dan hujan es.
Tidak semua air dapat mengembun di awan, karena sebagian air yang tersuspensi di atmosfer tidak cukup untuk mengembun dan menjadi kabut.
Dengan turunnya hujan, siklus air kembali ke tanah, laut, sungai, dan sumber air lainnya.
4. Proses lainnya
Proses utama dari Siklus Hidrologi adalah proses penguapan, kondensasi, dan presipitasi.
Ada beberapa proses lain yang dapat terjadi di antara proses utama tersebut, misalnya limpasan, pencairan salju, dan transpirasi.
Limpasan adalah proses berbagai cara air cair bergerak melintasi daratan.
Sedangkan, pencairan salju, misalnya, adalah jenis limpasan penting yang dihasilkan saat salju atau gletser mencair dan membentuk aliran atau kolam.
Proses lainnya yang dapat terjadi adalah transpirasi.
Transpirasi adalah proses pelepasan uap air dari tanaman dan tanah.
Tumbuhan melepaskan uap air melalui pori-pori mikroskopis yang disebut stomata.
Intensitas cahaya mempengaruhi pembukaan stomata.
Selanjutnya Evapotranspirasi, yaitu komponen gabungan dari penguapan dan transpirasi.
Proses ini kadang-kadang digunakan untuk mengevaluasi pergerakan air di atmosfer.
Baca juga: Mengenal Perubahan Benda Akibat Perubahan Suhu dalam Kehidupan Sehari-hari, Simak Penjelasannya
Bentuk Air
Dalam siklus air, air terus bersirkulasi melalui tiga bentuk, yaitu padat, cair, dan uap.
Air yang berbentuk padat adalah es.
Sebagian besar air tawar Bumi adalah es, yang terkunci dalam gletser besar, lapisan es, dan lapisan es.
Ketika es mencair, maka bentuknya berubah cair.
Kemudian, laut, danau, sungai, dan akuifer bawah tanah semuanya menampung air cair.
Sedangkan air yang berbentuk gas adalah perwujudan air yang tidak terlihat.
Uap air tidak tersebar merata di atmosfer.
Di atas lautan, uap air jauh lebih melimpah, membentuk sebanyak empat persen dari udara.
Sedangkan di atas gurun yang terisolasi, uap air kurang dari satu persen.
Baca juga: Mengenal 4 Struktur Lapisan Bumi dan Karakteristiknya, Lapisan Kerak Bumi hingga Inti Bagian Dalam
Pengaruh Siklus Air terhadap Iklim
Siklus air memiliki pengaruh pada iklim dan ekosistem bumi.
Iklim adalah kondisi cuaca suatu daerah yang luas dan dievaluasi selama periode waktu tertentu.
Dua komponen cuaca yang berkontribusi terhadap iklim adalah kelembaban dan suhu.
Kelembaban adalah jumlah uap air di udara.
Beberapa daerah mengalami kelembaban yang lebih tinggi daripada yang lain karena uap air tidak didistribusikan secara merata oleh siklus air.
Hal ini menyebabkan iklim yang sangat berbeda.
Pulau-pulau atau daerah pesisir biasanya jauh lebih lembab daripada daerah pedalaman, karena perbedaan jumlah uap air yang terbentuk di atmosfer.
Suhu suatu wilayah juga bergantung pada siklus air.
Saat air menguap, air menyerap energi dan mendinginkan lingkungan setempat.
Sedangkan saat air mengembun, air melepaskan energi dan menghangatkan lingkungan setempat.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Materi Sekolah