Senin, 6 Oktober 2025

Materi Sekolah

Kapitan Pattimura, Pahlawan Nasional dari Maluku dan Perjuangannya Melawan Belanda

Kapitan Pattimura merupakan pahlawan dari Maluku yang lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dan meninggal pada 16 Desember 1817

Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Tiara Shelavie
zoom-inlihat foto Kapitan Pattimura, Pahlawan Nasional dari Maluku dan Perjuangannya Melawan Belanda
laman resmi ditsmp.kemdikbud.go.id
Kapitan Pattimura

TRIBUNNEWS.COM - Kapitan Pattimura merupakan pahlawan yang lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dan meninggal pada 16 Desember 1817.

Dikutip dari Buku Siswa SD/MI Kelas IV Tema 5 Pahlawanku (2017) karya Angi St Anggari, dkk, Kapitan Pattimura memimpin rakyat Maluku untuk melawan kekejaman Belanda.

Pihak Belanda menguasai perdagangan rempah-rempah di seluruh Kepulauan Maluku.

Rakyat diwajibkan menjual hasil pertaniannya dengan sangat murah dan harus menyerahkan beberapa bahan pangan kepada Belanda.

Pada tahun 1817, perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin oleh Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua.

Baca juga: Mengenal Sejarah Sultan Agung Raja Kerajaan Mataram Islam 1613-1645, Simak Penjelasannya

Baca juga: Mengenal Sri Maharaja Purnawarman, Raja di Kerajaan Tarumanegara beserta Prasasti Peninggalannya

Perlawanan Pattimura meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.

Lalu, Belanda akhirnya meminta bantuan dari Jakarta setelah berulang kali kalah melawan pasukan Pattimura.

Namun, keadaan menjadi berbalik, Belanda makin kuat dan rakyat Maluku terdesak.

Akhirnya, Pattimura tertangkap Belanda.

Pada 16 Desember 1817, Pattimura menjalani hukuman mati di tiang gantungan.

Uang Seribuan
Wajah Pattimura pada Uang Seribuan (ist)

Perjuangan Kapitan Pattimura

Kapitan Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessy.

Ayahnya bernama Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Silahoi.

Dikutip dari ditsmp.kemdikbud.go.id, sebelum melakukan perlawanan terhadap Vereenigde Oost-Indische (VOC), ia pernah berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris.

Kemudian, namanya dikenal karena memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda melalui perang Pattimura.

Sejak abada ke 17 dan 18 berlangsung banyak perlawanan bersenjata melawan Belanda VOC.

Hal itu dikarenakan terjadi praktik pendindasan kolonialisme Belanda dalam bentuk monopoli perdagangan, pelayaran hongi, kerja paksa dan sebagainya.

Penindasan tersebut dirasakan dalam semua sisi kehidupan rakyat, baik segi sosial ekonomi, politis, dan segi sosial psikologis.

Selama 200 tahun rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan.

Rakyat Maluku memproduksi cengkeh dan pala untuk pasar dunia.

Namun, mayoritas masyarakat tidak ada keuntungan dari sisi ekonomi yang dirasakan.

Rakyat Maluku tidak mendapat keuntungan tetapi justru semakin menderita dengan adanya berbagai kebijakan seperti pajak yang berat berupa penyerahan wajib (Verplichte leverantien) dan contingenten;

Serta blokade ekonomi yang mengisolasi rakyat Maluku dari pedagang-pedagang Indonesia lain.

Pada masa kedua pendudukan Inggris di Maluku pada tahun 1810-1817 harus berakhir pada tanggal 25 Maret 1817 setelah Belanda menguasai wilayah Maluku.

Rakyat Maluku menolak kedatangan Belanda dengan membuat "Proklamasi Haria" dan "Keberatan Hatawano".

Proklamasi Haria disusun oleh Pattimura.

Ketika pemerintah Belanda mulai memaksakan kekuasannya melalui Gubernur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Bergh, terjadi perlawanan bersenjata rakyat Maluku.

Selanjutnya, diadakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan yang mana pada forum-forum tersebut menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.

Dalam rapat umum di Baileu pada 7 Mei 1817, Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura dikukuhkan dalam upacara adata sebagai "Kapitan Besar".

Setelah Pattimura dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang pembantunya.

Yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya, Sarassa Sanaki, Martha Chritina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.

Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng Duurstede.

Baca juga: Mengenal Sejarah Mahapatih Gajah Mada Sang Pemersatu Nusantara dan Isi Sumpah Palapa

Baca juga: Mengenal Balaputradewa, Raja Kerajaan Sriwijaya serta Sejarah Kejayaan dan Peninggalannya

Informasi tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura dan pemusnahan orang-orang Belanda,  membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon.

Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes.

Ekspedisi tersebut kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.

(Tribunnews.com/Devi Rahma)

Artikel Lain Terkait Materi Sekolah

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved