Senin, 29 September 2025

Kesiapan Indonesia Hadapi New Normal di Dunia Pendidikan, Pengamat: Tidak Semaksimal yang Diharapkan

Pengamat pendidikan dari UNS, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd memberikan tanggapannya soal kesiapan Indonesia menghadapi new normal.

Penulis: Inza Maliana
theeducatoronline.com
Ilustrasi kelas di sekolah. 

Oleh karena itu, dalam menghadapi new normal di dunia pendidikan, Joko menekankan harus ada sinergi dari guru, siswa, orang tua dan juga tim kesehatan.

Meski terdengar sulit, namun Joko mengatakan hal tersebut harus dilakukan agar kualitas pendidikan tidak menurun.

Para pelajar sekolah dasar di Fukuoka di hari pertama masuk sekolah, Senin(18/5/2020) setelah hampir 2 bulan diliburkan.
Para pelajar sekolah dasar di Fukuoka di hari pertama masuk sekolah, Senin(18/5/2020) setelah hampir 2 bulan diliburkan. (Foto Kyodo)

Baca: Pengamat Ungkap Sisi Positif Pembelajaran Daring di Masa Pandemi: Kemampuan Literasi IT Meningkat

Alasannya, menurut Dosen FKIP UNS itu, anak-anak lebih menyukai pembelajaran secara langsung atau tatap muka dibanding pembelajaran daring.

Sehingga ia menyampaikan, pembelajaran tatap muka masih diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Selain itu, Joko juga mengatakan, pembelajaran tatap muka diperlukan karena kemampuan literasi di Indonesia masih sangat kurang.

"Kebiasaan membaca kurang, ketersediaan referensi juga kurang."

"Oleh karena itu perlu meningkatkan kualitas literasi, seperti kemauan membaca, kemampuan membaca, dan ketersedian referensi," jelasnya.

Murid di Vietnam kembali sekolah, menggunakan masker dan cek suhu tubuh
Murid di Vietnam kembali sekolah, menggunakan masker dan cek suhu tubuh (AFP / Manan VATSYAYANA)

Baca: Menkes Terawan Ajak Kemenag dan Kemendikbud Kaji Protokol Kesehatan New Normal di Sektor Pendidikan

Sementara itu, Joko juga menyoroti soal kriteria sekolah-sekolah yang sudah bisa dibuka lebih dahulu.

Terdapat sebuah istilah untuk daerah zona merah dan zona hijau.

Namun, Joko mengungkapkan kriteria tersebut tidak menjamin daerahnya benar-benar bersih dari corona.

"Ada istilah zona merah dan zona hijau. Memang bagi daerah yang berzona hijau bisa dibuka lebih leluasa dibanding zona merah."

"Tapi menurut saya perbedaan zona merah dan hijau tidak jelas karena ada beberapa yang saya dengar status merah dan hijau ini bersifat politis."

"Saya tidak terlalu mempertimbangkan itu karena meski berzona hijau tapi tetap saja harus diwaspadai," tegasnya.

Joko pun menyatakan, kehati-hatian tetap harus dikedepankan meskipun tinggal di daerah berzona hijau.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan