Senin, 29 September 2025

Rentosertib: Terobosan Pengobatan Fibrosis Paru Idiopatik Berkat Kecerdasan Buatan

Rentosertib menawarkan harapan baru bagi penderita fibrosis paru idiopatik (FPI), penyakit yang selama ini memiliki pilihan terapi sangat terbatas. 

|
Editor: Sri Juliati
ISTIMEWA/GANESHA OPERATION
RENTOSERTIB - Mengenal rentosertib, obat inovatif pertama bagi penderita fibrosis paru idiopatik (FPI). Rentosertib bukan hanya karena mekanisme kerjanya yang baru, tetapi juga karena proses penemuannya sepenuhnya mengandalkan teknologi AI generatif—sebuah tonggak sejarah dalam industri farmasi. 

oleh: Prof. Muchtaridi 
Pengajar Kimia GO

TRIBUNNEWS.COM - Penderita fibrosis paru idiopatik (FPI) sebentar lagi dapat menaruh harapan pada obat baru yang dikembangkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI).

Penyakit ini dikenal sebagai penyakit paru interstisial kronis yang progresif, dengan penyebab yang tidak diketahui. 

Meskipun tergolong langka, prevalensi dan insidensinya terus meningkat setiap tahun, terutama di wilayah Amerika Utara dan Eropa. 

Di Indonesia, FPI diperkirakan menyerang 6–7 orang per satu juta penduduk, tapi jumlah ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. 

Rentosertib adalah obat inovatif pertama di kelasnya, bukan hanya karena mekanisme kerjanya yang baru, tetapi juga karena proses penemuannya sepenuhnya mengandalkan teknologi AI generatif—sebuah tonggak sejarah dalam industri farmasi.

Rentosertib dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Insilico Medicine, yang berfokus pada penemuan obat berbasis AI. 

Obat ini menawarkan harapan baru bagi penderita FPI, penyakit yang selama ini memiliki pilihan terapi sangat terbatas. 

Keberhasilan ini menandai era baru penemuan obat, di mana AI tidak hanya menjadi alat bantu, melainkan menjadi kekuatan pendorong utama dalam mengidentifikasi target penyakit dan merancang terapi baru dari awal. 

Proses yang biasanya memakan waktu lebih dari satu dekade dengan biaya miliaran dolar kini dapat dipercepat secara signifikan, memberi peluang bagi pasien dengan penyakit sulit diobati seperti FPI.

Ancaman Fibrosis Paru Idiopatik

Sindrom IPF ditandai kondisi jaringan di dalam paru-paru menjadi tebal, kaku, dan membentuk jaringan parut (fibrosis) dari waktu ke waktu. Penebalan ini membuat kantung udara (alveoli) tidak dapat berfungsi dengan baik dalam menyerap oksigen. 

Baca juga: Belajar Menyuarakan Pendapat ala Siswa Cermat

Akibatnya, pasien mengalami sesak napas yang semakin memburuk, batuk kering yang persisten, dan kelelahan ekstrem.

Bayangkan paru-paru kita, organ vital yang seharusnya lembut dan elastis seperti spons, perlahan-lahan berubah menjadi jaringan parut yang kaku dan tebal. 

Penyakit progresif dan fatal ini membuat penderitanya semakin sulit bernapas. Aktivitas sederhana seperti berjalan menaiki tangga terasa seperti mendaki gunung.

Batuk kering yang tak kunjung henti dan kelelahan ekstrem menjadi teman sehari-hari. Prognosisnya pun suram, dengan tingkat kelangsungan hidup rata-rata hanya 3-5 tahun setelah diagnosis, lebih buruk dari banyak jenis kanker.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan