Senin, 6 Oktober 2025

Tarian Raego Jadi Simbol Ungkapan Terima Kasih Terhadap Kekayaan Alam Sulawesi Tengah

Festival Lestari 5 merupakan perwujudan spirit dan semangat dalam menghargai alam yang banyak memberi dan mendorong gotong royong untuk menjaganya.

Penulis: Fathia
Tari Raego Kulawi menutup Festival Lestari 5 

Parapuan.co - Pertunjukan tari raego menjadi penutup Festival Lestari 5 yang diadakan oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Tari raego adalah tarian kuno yang hanya dapat ditemukan di area berbukit Lindu, Desa Kulawi dan Pipikoro.

Dalam pertunjukan tari ini, sekelompok laki-laki dan perempuan berkumpul dengan pakaian adat khas Lindu. Para perempuan mengenakan rok bersusun bernama haili dan atasan berbahan satin yang mengkilap. Mereka juga memakai hiasan kepala berbahan manik-manik. Sementara para laki-laki mengenakan pakaian adat serta ikat kepala bernama siga.

Para penari raego menampilkan gerakan-gerakan yang dilakukan dalam lingkaran. Dengan menyelaraskan derap kaki dan mengucapkan kata-kata puitis dalam bahasa kuno, Uma, mereka mengungkapkan rasa terima kasih kepada Yang Maha Esa atas kekayaan alam. Yang menarik, tarian raego tidak diiringi oleh alunan musik, melainkan hanya suara nyanyian para penari yang berpadu secara harmonis.

Lingkaran yang dibentuk oleh para penari dalam tarian ini melambangkan kebersamaan dan gotong royong. Dalam roh dan filosofi raego inilah tercetus semangat Festival Lestari 5, yaitu menghargai alam dan mendorong kolaborasi untuk menjaga kelestariannya.

Baca Juga: UMKM Naik Level Lewat Business and Partnership Matching di Festival Lestari

Sepanjang Festival Lestari 5 berlangsung, tepatnya pada 22-25 Juni 2023, sejumlah kerja sama, nota kesepahaman, deklarasi bersama, upaya kemitraan, hingga sumbang aspirasi untuk mendorong pembangunan lestari di Kabupaten Sigi dan wilayah Sulawesi Tengah terjadi.

Anggota masyarakat, baik masyarakat adat, generasi tua, maupun generasi muda, Pemerintah Pusat yang diwakili Kementerian Investasi/BKPM, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah Kabupaten Sigi, pelaku usaha, hingga investor dan mitra-mitra LTKL mencari solusi untuk mempercepat penerapan konsep pembangunan lestari.

Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapatta dalam laporannya menyebutkan, selama pelaksanaan festival, tak kurang dari 15 rangkaian acara berhasil digelar.

Acara mulai dari Forum Bisnis dan Inovasi Berbasis Alam, Telusur Komoditas, Kuliner, dan Wisata Lestari, Community Talks, Partnership dan Business Matching untuk para UMKM, Townhall Muda, hingga workshop dan diskusi-diskusi skala kecil. Adapun total peserta mencapai 700 orang.

Pada kegiatan telusur komoditas, peserta dibawa langsung ke daerah-daerah penghasil seperti kakao, kopi, asiri, dan bambu sebagai proses untuk mendapatkan inspirasi dari budaya dan alam sehingga kemitraan dapat dikonkretkan dengan pelaku budidaya.

Festival untuk semuai itu juga disebutkan melibatkan sedikitnya 150 anak dan lebih dari 500 orang dari kalangan muda, termasuk kerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama dan sejumlah komunitas masyarakat.

Ia mengatakan, terjadi sebuah upaya gotong royong yang nyata untuk mendorong pertumbuhan yang tetap tidak melupakan rahmat dari alam. Capaian kemitraan yang terjadi antara calon mitra dan investor dengan para pelaku usaha mikro, kecil, dan mengengah (UMKM) berbasis komoditas lestari bernilai 22,7 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 350 miliar.

Di antara itu ada pula komitmen investasi dan transkasi senilai 2,7 juta dollar AS atau senilai Rp 40 miliar untuk pengembangan komoditas kakao, kopi, dan minyak asiri.

Halaman
12
Sumber: Parapuan
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved