Selasa, 7 Oktober 2025

Profil Nani Zulminarni, Kepala Rumah Tangga Perempuan Pendiri PEKKA

Mengenal sosok Nani Zulminarni, kepala rumah tangga perempuan yang mendirikan organisasi perempuan PEKKA!

Penulis: Fira Firoh
Sosok Nani Zulminarni, PEKKA 

Ia juga berkeluh kesah bagaimana susahnya dahulu mencari pekerjaan karena dirinya mengenakan jilbab.

"Sebelum lulus kuliah pun orang tua saya tidak bisa membiayai sekolah saya. Jadi saya harus bekerja. Mau bekerja di pekerjaan yang menghasilkan uang sekalipun, orang nggak ada yang menerima. Ya, cukuplah untuk biaya hidup sendiri pada saat itu," cerita Nani.

Ketekunan Nani di dunia aktivisme perempuan membuahkan hasil. Pada tahun 1995, ia akhirnya naik jabatan menjadi direktur.

"Mulai dari pendamping lapang, kemudian saya menjadi supervisor. Lalu saya mendapat beasiswa dari Bappenas. Kemudian pada tahun 1995, saya menjadi Direktur lembaga ini," kata Nani. 

Namun, pada tahun 2000, ia harus kehilangan karier yang sudah dibangunnya karena pandangan orang soal perceraian.

Baca juga: Napak Tilas Nadia Yustina, Perempuan Pegiat Pengembangan Bisnis Hiburan dan Musik

"Karena saya sebagai direktur perempuan, ternyata situasi perceraian dianggap mengganggu karier saya. Karena saya dianggap sebagai role model perempuan tapi kok cerai. Jadi saya mengundurkan diri sebagai direktur," cerita Nani.

Tak lama setelah itu, Nani ditawari pekerjaan oleh Komnas Perempuan.

"Lalu saya ditawari pekerjaan oleh Komnas Perempuan yang pada saat itu baru dibangun, untuk mendokumentasikan kehidupan para janda di wilayah konflik," cerita ibu tiga anak ini.

Cerita Nani mendirikan PEKKA

Perceraian yang dialami Nani, ternyata menyisakan banyak luka pada dirinya termasuk karier. Ia mengaku harus kehilangan karier yang ditekuninya selama bertahun-tahun akibat pandangan orang soal status perceraiannya.

"Saat bercerai, saya melalui proses pengadilan yang sangat pahit. Yang pertama, soal perceraian itu sendiri, yang kedua soal perebutan hak asuh anak. Dari proses itu, saya akhirnya tahu betapa susahnya jadi perempuan kepala keluarga," cerita Nani.

Bagi Nani, apa yang terjadi pada dirinya adalah hal yang sulit. Ia mengaku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib perempuan di daerah pelosok yang senasib dengan dirinya.

"Saya membayangkan, bagaimana jika hal yang terjadi kepada saya, terjadi kepada para perempuan di desa-desa yang tidak seperti saya. Yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan setinggi yang saya peroleh, tidak punya teman sebanyak yang saya punya. Pasti mereka menghadapi kondisi yang lebih susah dari saya," lanjut Nani. 

Akhirnya ia mendirikan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) yang digagas pada akhir tahun 2000.

Halaman
123
Sumber: Parapuan
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved