Senin, 6 Oktober 2025

Cerita Maizidah Salas, Buruh Migran yang Jadi Korban Human Trafficking

Hari Buruh Internasional, ini cerita MaizidahnSalas soal profesi buruh migran yang dijalaninya hingga menjadi korban human trafficking!

Penulis: Fira Firoh
Ilustrasi Parapuan Foto 2022-05-01 20:01:21 

Parapuan.co- Hari ini, tepatnya pada Minggu (1/5/2022) diperingati sebagai Hari Buruh Internasional.

Untuk memperingatinya, mari membahas mengenai sosok Maizidah Salas yang merupakan eks buruh migran yang pernah menjadi korban Human Trafficking.

Seperti yang diketahui, profesi buruh bukanlah hal mudah, mengingat kita harus bekerja di bawah naungan orang lain.

Hal tersebut dirasakan oleh Maizidah Salas, yang saat ini adalah pendiri Kampung Buruh Migran di Wonosobo.

Kampung tersebut ia buat untuk memberdayakan para buruh atau eks buruh migran, memberi edukasi, dan mengajari mandiri.

Alhasil, banyak perempuan enggan untuk kembali menjadi buruh TKI (tenaga kerja Indonesia) setelah Maizidah Salas membangun kampung tersebut.

Mengutip dari wawancara eksklusif Parapuan.co dengan perempuan yang akrab disapa Bu Salas ini pada Jumat (7/1/2022), ia bercerita soal isu pekerja migran dan human trafficking.

"Saya fokus ke isu pekerja migran dan human trafficking, karena sebelumnya saya pernah menjadi korban human trafficking. Pertama kali saya bekerja di Korea pada tahun 1998. Padahal saat itu usia saya belum mencukupi untuk usia bekerja. Usia dan alamat saya saat dipalsukan," cerita perempuan berjilbab itu.

Namun kehidupan tidak sesuai dengan apa yang ia ekspektasikan ketika bekerja di luar negeri.

Baca juga: Cerita Penyintas Human Trafficking Soal Sisi Gelap Proses Perekrutan Buruh Migran

Mengingat pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan global, hal tersebut juga berdampak pada kehidupan Bu Salas sebagai TKI.

"Lalu saya dipindahkan dan mau dipulangkan ke Indonesia. Karena saya berangkat bekerja ke luar negeri dengan biaya hutang, saya belum punya uang sama sekali. Waktu itu saya melarikan diri, menjadi pekerja migran kaburan di Korea. Tapi baru dua bulan kabur. Nah, saat saya baru mulai merasakan bekerja dan belum mendapatkan gaji, eh saya malah ketangkap polisi. Akhirnya dipenjara terus dideportasi," tambahnya.

Bu Salas yang saat itu baru berusia 18 tahun dan sudah memiliki satu anak kebingungan bagaimana caranya menghidupi keluarganya.

Ia akhirnya memutuskan untuk bekerja lagi ke luar negeri demi menghidupi keluarga.

Halaman
123
Sumber: Parapuan
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved