Jumat, 3 Oktober 2025

Orang Tua Perlu Tahu, Ini Pentingnya Rutin Mengisi Buku KIA untuk Tumbuh Kembang Anak

Kawan Puan, ternyata buku KIA itu penting lo dalam memantau tumbuh kembang anak. Simak penjelasan pakar berikut yuk!

Ilustrasi Parapuan Foto 2021-07-31 02:00:34 

Parapuan.co - Kawan Puan, apakah kamu termasuk orang tua yang rutin mengisi buku KIA?

Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) merupakan alat pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga yang sesuai rekomendasi WHO dan Kementerian Kesehatan RI.

Nah sebagai alat pencatatan, Buku KIA juga digunakan sebagai media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) bagi ibu hamil dan balita untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin.

Baca Juga: Catat! Ini 5 Tips Menjaga Kesehatan Anak Akibat Pandemi Covid-19

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 75,2 persen ibu hamil dan 65,9 persen balita (0-59 bulan) memiliki Buku KIA.

Walaupun kepemilikan Buku KIA cukup tinggi, tapi ada tantangannya yakni pengisiannya yang belum optimal.

Hal tersebut disampaikan oleh Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Drg. Kartini Rustandi, M. Kes.

Dalam acara bertajuk "Pentingnya Buku KIA untuk Orang Tua Pantau Kesehatan dan Tumbuh Kembang Anak di Masa Pandemi," pada Kamis (29/07/2021), ia menjelaskan bahwa pemanfaatan KIA di masyarakat belum sesusai harapan Kementerian Kesehatan.

Adapun persoalan lainnya, yakni pandemi yang akhirnya membuat layanan kesehatan baik puskesmas, klinik, rumah bersalin dan pusat pengobatan lainnya menjadi kurang memadai.

"Untuk itulah, kami melakukan kerja sama dengan berbagai pihak agar edukasi pemanfaatan Buku KIA sesuai sasaran, sehingga orang tua dapat memantau perkembangan anak balita dengan baik," jelasnya.

Baca Juga: Selain Tumbuh Kembang, Ini Khasiat Lain Delima untuk Si Kecil yang Wajib Diketahui

Di mana menurut drg. Kartini, di masa pandemi pelayanan gizi dan kesehatan lebih diprioritaskan kepada kelompok balita dan ibu hamil serta menyusui yang berisiko.

"Pada sasaran berisiko, dilakukan dengan janji temu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pemantauan pertumbuhan di posyandu menyesuaikan dengan kebijakan setempat. Jika posyandu tidak buka, orang tua dianjurkan untuk melakukan pemantauan secara mandiri dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),” tambah drg. Kartini.

Di sisi lain, drg. Kartini juga menjabarkan bahwa situasi Indonesia belum sepenuhnya lepas dari masalah kekurangan gizi anak, khususnya yang berusia di bawah lima tahun (balita).

Halaman
12
Sumber: Parapuan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved