Film I, Tonya: Melihat Pentingnya Kesehatan Mental dalam Perjalanan Atlet Tonya Harding Menuju Olimpiade
Film I, Tonya menceritakan perjalanan atlet ice skating Tonya Harding menuju olimpiade dan tekanan yang harus dihadapinya.
Baca Juga: Film Little Miss Sumo: Mengulik Kisah Hiyori Kon Pesumo Perempuan Amatir dari Jepang
Tonya dieksploitasi oleh ibunya sendiri dan selalu diberi tekanan untuk menjadi yang terbaik.
Sedari kecil, ibu dari Tonya tidak pernah mengapresiasi kemajuan Tonya dan prestasi kecil serta kegagalan tidak boleh ada di kamus hidup Tonya.
Tonya bahkan dipaksa untuk latihan delapan jam setiap harinya oleh sang ibu dan terpaksa harus putus sekolah.
Tumbuh tanpa dukungan dan cinta yang tulus membuat kondisi mental Tonya memburuk seiring bertambahnya usia.
Tekanan dan ekspektasi dari banyak pihak juga membuat Tonya tidak pernah memiliki waktu untuk memikirkan kesehatan mental dirinya.
Saat berada di lapangan es yang dikelilingi penonton, Tonya adalah bintang yang bersinar.
Namun di ruang ganti, Tonya adalah seorang yang rapuh dengan gejala depresi yang dimilikinya.
Sutradara Craig Gillespie berhasil membawa penonton dalam pengalaman yang memungkinkan kita untuk merasakan sakitnya hati Tonya dan seberapa lelahnya dia.
Sebuah adegan sangat kuat untuk menggambarkan kondisi kesehatan mental Tonya adalah saat dia merias wajahnya di ruang ganti sebelum kompetisi di Olimpiade Norwegia 1994.
Baca Juga: Film Moxie: Arti Gerakan Women Support Women Sesungguhnya dalam Perjuangan Melawan Sistem Patriarki
Penonton dapat melihat Tonya yang duduk di hadapan kaca besar saat ia memakai pemerah wajah.
Namun nafas Tonya tampak tidak stabil dan tubuhnya juga ikut bergetar.
Air mata Tonya pun turun, membuat warna merah yang ada di pipinya perlahan luntur, dan Tonya pun mengelap air matanya.
Saat Tonya mencoba untuk tersenyum dengan menunjukkan gigi, tangisnya semakin tidak tertahankan.