Senin, 29 September 2025

Bitcoin Sentuh Rekor Baru di Level 124 Ribu Dolar AS, Didorong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS

Tercatat, inflasi tahunan Amerika pada Juli 2025 stabil di angka 2,7%, sedikit di bawah proyeksi pasar sebesar 2,8%.

Istimewa
HARGA KRIPTO - Bitcoin (BTC) mencatat rekor harga tertinggi baru di level US$124.000 pada Kamis (14/8/2025), melampaui puncak sebelumnya di pertengahan Juli. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data ekonomi Amerika Serikat yang mulai stabil, dinyakini pelaku pasar akan adanya pemangkasan suku bunga dari Bank Sentral Amerika atau Federal Reserve (The Fed).

Tercatat, inflasi tahunan Amerika pada Juli 2025 stabil di angka 2,7 persen, sedikit di bawah proyeksi pasar sebesar 2,8 persen.

Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu. 

Artinya, dengan inflasi, daya beli uang menurun—jumlah uang yang sama akan membeli lebih sedikit barang atau jasa dibanding sebelumnya. 

Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rp 1,95 Miliar, Kripto Yield Jadi Strategi Maksimalkan Aset Digital

Stabilnya inflasi memperkuat ekspektasi The Fed akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan 17 September mendatang. 

Berdasarkan data CME FedWatch, probabilitas pemangkasan kini mencapai 93,9 persen, tertinggi sepanjang tahun ini.

Merespons perkembangan tersebut, Bitcoin (BTC) mencatat rekor harga tertinggi baru di level US$124.000 pada Kamis (14/8/2025), melampaui puncak sebelumnya di pertengahan Juli. 

Bitcoin sebagai aset digital pertama yang berbasis teknologi blockchain, diciptakan pada tahun 2009 oleh sosok anonim dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. 

Stabilnya inflasi mendorong arus modal ke aset berisiko, termasuk mata uang kripto. Investor global menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter berpotensi meningkatkan likuiditas dan mendukung valuasi aset digital.

Selain faktor makroekonomi, penguatan harga Bitcoin turut dipengaruhi oleh meningkatnya pembelian korporat dalam beberapa pekan terakhir. Semakin banyak perusahaan yang mengadopsi strategi treasury berbasis Bitcoin, mengikuti jejak MicroStrategy Incorporated.

Langkah ini dinilai memperkuat permintaan pasar sekaligus mengubah persepsi terhadap Bitcoin. Dari instrumen spekulatif, Bitcoin kini mulai diposisikan sebagai aset treasury jangka panjang oleh sejumlah pelaku usaha berskala global.

Meski peluang pemangkasan suku bunga meningkat, The Fed diperkirakan tetap akan menunggu data tambahan sebelum mengambil keputusan final, guna menghindari risiko kembalinya tekanan inflasi.

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menilai kondisi saat ini sebagai titik penting yang mempertemukan sentimen makro dan fundamental pasar kripto.

“Kita sedang melihat pertemuan dua faktor besar: inflasi yang mulai terkendali di bawah ekspektasi pasar, dan peluang pemangkasan suku bunga yang sangat tinggi. Kombinasi ini menciptakan kondisi di mana modal global lebih berani bergerak ke aset berisiko, termasuk kripto,” jelasnya dikutip dari Kontan, Jumat (15/8/2025).

Ia menambahkan bahwa pencapaian harga Bitcoin di level US$124.000 mencerminkan akumulasi kepercayaan pasar terhadap peran Bitcoin di masa depan.

“Institusi besar, termasuk korporasi publik, kini mulai menempatkan Bitcoin sebagai bagian dari strategi treasury. Ini bukan sekadar spekulasi, ini adalah reposisi Bitcoin dari aset alternatif menjadi aset strategis,” kata Antony.

Antony juga menyoroti langkah perusahaan seperti MicroStrategy sebagai sinyal perubahan lanskap investasi.

PERGERAKAN KRIPTO - Vice President Indodax, Antony Kusuma
PERGERAKAN KRIPTO - Vice President Indodax, Antony Kusuma. Ia menyebut pencapaian harga Bitcoin di level US$124.000 mencerminkan akumulasi kepercayaan pasar terhadap peran Bitcoin di masa depan.

“Ketika korporasi mengalihkan sebagian kas mereka ke Bitcoin, itu bukan hanya mempengaruhi harga hari ini. Mereka mengirimkan pesan bahwa Bitcoin bisa berfungsi sebagai lindung nilai terhadap kebijakan moneter dan inflasi dalam jangka panjang,” tambahnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa investor perlu tetap waspada terhadap risiko yang melekat pada aset kripto.

“Reli besar sering kali diikuti oleh koreksi tajam. Ini adalah hukum alam di pasar berisiko tinggi. Investor yang hanya mengejar kenaikan tanpa strategi keluar sama saja dengan masuk ke arena dengan mata tertutup,” tegasnya.

Menurut Antony, pergerakan harga Bitcoin mencerminkan psikologi pasar secara keseluruhan.

“Saat ini kita melihat optimisme tinggi karena The Fed diperkirakan akan melonggarkan kebijakan. Tetapi narasi pasar bisa berubah hanya karena satu data ekonomi yang tidak sesuai harapan. Itulah sebabnya investor perlu disiplin mengelola eksposur,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya manajemen risiko dan diversifikasi dalam strategi investasi.

“Banyak investor baru ingin volatilitas hilang, padahal justru di sanalah peluang berada. Yang diperlukan adalah kemampuan membaca pola dan menetapkan batas risiko yang jelas,” ujarnya.

“Meski Bitcoin sedang menjadi magnet perhatian, menaruh seluruh modal di satu aset adalah bentuk konsentrasi risiko yang sangat tinggi. Investor yang bijak akan memadukan aset berisiko dengan instrumen yang lebih stabil untuk menjaga keseimbangan portofolio,” katanya.

Menjelang keputusan suku bunga The Fed, Antony menyebut periode ini sebagai ujian bagi kedewasaan investor.

“Mereka yang mampu memisahkan sinyal dari kebisingan pasar akan mampu mengambil keputusan yang tepat. Yang terjebak pada FOMO (fear of missing out) justru berisiko membeli di puncak,” ungkapnya.

 

 

 

Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Menguat, Bitcoin Cetak Rekor Baru

 

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan