Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ahli: Kripto Tak Akan Selamatkan Rusia dari Sanksi

Rusia saat ini hanya mengandalkan cryptocurrency demi menghindari rentetan sanksi yang diterapkan banyak negara demi menghukum negara

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
The Economic Times
Ilustrasi 

"Sangat sulit untuk memindahkan sejumlah besar crypto dan mengubahnya menjadi mata uang yang dapat digunakan. Rusia tidak dapat menggunakan crypto untuk menggantikan ratusan miliar dolar yang berpotensi diblokir atau dibekukan," jelas Redbord.

Baca juga: Kookmin, Bank Pertama di Korea yang Luncurkan Produk Investasi Kripto ke Investor Ritel

Langkah-langkah juga dilakukan untuk menghentikan penghindaran sanksi melalui crypto.

Pada buku besar blockchain, tempat pertukaran cryptocurrency diposting, setiap transaksi dan alamat yang terkait dengannya dapat dilihat oleh publik.

Bieda menyampaikan bahwa meskipun sanksi pemerintah tidak dapat mengetahui siapa pemilik alamat pengirim crypto, namun mereka dapat melihat volume aliran atau jumlah uang yang dipindahkan.

Setelah alamat yang mencurigakan itu ditandai, dana tersebut pun dapat dipantau.

Menambang crypto dengan energi berlebih memang bisa menjadi pilihan, namun tidak cukup

Minyak dan gas adalah salah satu sektor ekonomi Rusia yang belum menjadi sasaran sanksi.

Meskipun perusahaan minyak besar termasuk Shell dan BP telah mengumumkan bahwa mereka menarik bisnis mereka keluar dari negara itu.

Menurut sebuah perusahaan riset yang berbasis di Oslo, Norwegia yakni Rystad Energy, Rusia merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia.

25 persen minyak Eropa berasal dari Rusia, negara ini juga memasok sekitar 40 persen gas alam ke Eropa.

"Jika sanksi di masa depan memang menargetkan sektor energi, Rusia dapat meniru Iran dengan menggunakan energi surplus atau daya komputasi demi menghasilkan cryptocurrency," kata salah satu pendiri Elliptic, penyedia analisis blockchain yang berbasis di London, Tom Robinson.

Penambangan mata uang crypto, kata dia, memungkinkan untuk memonetisasi cadangan energi mereka di pasar global, tanpa harus benar-benar memindahkannya ke luar negeri.

Namun itu kemungkinan hanya 'setetes' bagi kekuatan pengekspor minyak mentah dan gas utama seperti Rusia.

Di sisi lain, Analis Rystad Oil Louise Dickson menilai bahwa untuk saat ini, sanksi terhadap minyak dan gas tampaknya tidak mungkin.

"Gangguan pasokan hingga 5 juta barel per hari minyak Rusia tidak hanya akan memperdalam krisis energi yang sudah rapuh secara global, namun juga dapat ditafsirkan oleh Rusia sebagai tindakan perang," kata Dickson.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved