Senin, 29 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Bandingkan MBG dengan Aturan Makanan di Sekolah Malaysia, Dokter Tan Shot Yen Sindir Kepala BGN

Dokter Tan Shot Yen membandingkan aturan junk food tak boleh dijual di sekolah di Malaysia dengan pelaksanaan program MBG, dan menyentil Kepala BGN.

dok. Kompas
PROGRAM MBG DIKRITIK - Dalam foto: Dokter sekaligus ahli gizi, Dr. Tan Shot Yen. Ahli gizi Dr. Tan Shot Yen menyentil kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana terkait pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyajikan junk food. 

TRIBUNNEWS.COM - Ahli gizi Dr. Tan Shot Yen menyentil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana terkait pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

MBG merupakan salah satu program unggulan yang digaungkan pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto - Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka.

Program ini dimulai sejak 6 Januari 2025 dengan tujuan memenuhi kebutuhan gizi peserta didik pada jenjang PAUD hingga SMA/SMK dan SLB di seluruh Indonesia untuk menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan kompetitif demi mendukung visi “Generasi Emas 2045.”

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, program MBG menuai sejumlah kritik, terlebih dengan munculnya sederet kasus keracunan yang dialami para siswa di sekolah-sekolah di berbagai daerah.

Angka korban kasus keracunan MBG sudah mencapai ribuan. Menu sajian MBG pun tak terlepas dari sorotan.

Masih ada ada elemen yang dikategorikan sebagai junk food atau ultra-processed food (UPF) yang disajikan sebagai menu MBG.

Junk food sendiri merujuk makanan olahan tinggi gula, garam, lemak trans, dan aditif, yang rendah serat/nutrisi alami, sehingga bertentangan dengan tujuan MBG untuk edukasi gizi sehat.

Sajian junk food dalam program MBG ini pun disorot oleh Dr. Tan Shot Yen dan dia bandingkan dengan kebijakan pemerintah Malaysia melarang penjualan junk food di sekolah. 

Melalui fitur Story yang diunggah di akun @drtanshotyen di media sosial Instagram, Jumat (26/9/2025), Dr. Tan membandingkan jenis makanan yang dijual di sekolah di Malaysia dengan pelaksanaan MBG.

Dokter asal Tangerang, Banten tersebut menyertakan tangkap layar unggahan akun motherhood.com.my yang bertajuk No More Junk at School! MOE Bans 12 Types of Food & Drinks for Our Kids' Health!

Baca juga: 5 Poin Penting Surat Terbuka IDAI untuk BGN Berkait Kasus Keracunan MBG

Artinya, "Tak Ada lagi Junk Food di Sekolah! MOE (Kementerian Pendidikan Malaysia) Larang 12 Jenis Makanan dan Minuman demi Kesehatan Anak-anak Kita!"

Diketahui, Malaysia telah melarang 12 jenis makanan dan minuman untuk sajian makan siang siswa di sekolah.

Aturan ini dirilis oleh Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM atau MOE/Ministry of Education) lewat unggahan di Facebook pada Selasa (23/9/2025) lalu.

Dikutip dari situs says.com, aturan tersebut disusun bersama Divisi Gizi Kementerian Kesehatan.

Adapun 12 kategori makanan yang dilarang KPM ini salah satunya adalah makanan olahan dan makanan cepat saji, yang notabene masuk kategori junk food.

– Makanan olahan (seperti kentang goreng, burger, sosis, nugget, bakso ikan, dan bakso jika dijual sebagai camilan tersendiri)
– Makanan cepat saji (seperti keripik kentang, kerupuk udang)
– Permen dan cokelat
– Makanan acar
– Makanan yang dimaniskan dengan krim atau gula
– Mi instan segala jenis, termasuk sup instan dan bumbu-bumbu
– Produk kembang gula dan es krim
– Minuman dengan topping, premix cordial manis, sirup perasa, krimer, bubuk 3-in-1, atau krim kocok
– Minuman berkarbonasi, isotonik, atau herbal
– Teh dan kopi (hanya boleh dijual kepada guru)
– Makanan dan minuman yang mengandung alkohol
– Produk kedaluwarsa atau barang yang menyerupai mainan

Menanggapi aturan makanan dan minuman yang tak boleh dijual kepada siswa di Malaysia ini, Dr. Tan membandingkannya dengan program MBG yang masih kedapatan menyajikan junk food untuk siswa penerima manfaat.

Ia pun menyindir Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, yang membolehkan adanya variasi dalam penyajian MBG, termasuk pemberian menu junk food.

Dokter sekaligus ahli gizi penulis buku Saya Pilih Sehat dan Sembuh (Gramedia Pustaka Utama, 2023) ini pun menyinggung latar belakang Dadan Hindayana yang bukan berasal dari kalangan ahli gizi.

Berikut unggahan Story Instagram Dr. Tan Shot Yen:

Ga malu? Malaysia ga ada loh junk food di MBGnya
Disini bos BGN ijinkan buat variasi
*oh lupa saya..dia bukan ahli gizi sih ya.

Kritik Burger, Spagheti, hingga Bakmi

Sebelumnya, dalam rapat audiensi bersama Komisi IX DPR RI pada Senin (22/9/2025) lalu, Dr. Tan Shot Yen mengkritik tajam sajian menu MBG, salah satunya adalah burger yang notabene termasuk junk food di sejumlah daerah.

Ia menyebut, burger bukan sajian tepat untuk MBG, sebab bahan baku tepung terigu, gandum, tidak tumbuh di Indonesia.

Selain burger, Dr. Tan juga mengkritik sajian lain berupa spaghetti dan chicken katsu.

"Yang dibagi adalah, adalah burger. Di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, nggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia," tutur Dr. Tan.

"Dibagi spageti, dibagi bakmi Gacoan, oh my god," tambahnya.

Kemudian, ia menilai penyajian burger dalam MBG juga tidak merata; hanya demi mendapat citra bagus untuk wilayah di dekat pemerintahan pusat.

"Dan maaf, ya, itu isi burgernya itu kastanisasi juga, kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus dikasih chicken katsu," ucap Dr. Tan.

Ia juga mengkritik dugaan adanya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang nakal yang hanya menyajikan daging burger seadanya dan tidak layak.

Dr. Tan menyindir, penyajian burger di MBG yang dirangkai sendiri oleh anak-anak sudah melenceng dari tujuan utama program tersebut.

"Tapi coba kalau yang di daerah, yang SPPG-nya juga sedikit main, dikasih itu loh benda tipis berwarna pink, saya aja nggak pernah mengatakan ini adalah daging olahan. Saya aja nista bilang itu daging olahan, saya nggak tahu itu produk apaan," kata Dr. Tan.

"Itu rasanya kayak karton, warnanya pink dan buat lucu-lucuan nih. Lalu anak-anak disuruh, oke, do it your own, DIY. Susun, ada sayurnya. Astaga, kan bukan itu tujuan MBG, punten," imbuhnya.

Lebih lanjut, Dr. Tan mempertanyakan, sampai kapan ada burger di sajian MBG.

Di sisi lain, ia menegaskan bahwa anak harus dibiasakan dengan pangan lokal, sehingga dapur MBG harus kreatif dalam mengolah menu makanan.

Ia berharap, dapur MBG tidak sekadar menuruti kemauan siswa, tetapi juga mempertimbangkan menu sajian yang lebih bergizi sekaligus lezat.

"Akhirnya apa ini, mau sampai kapan makannya burger, gitu, lo," jelas Dr. Tan

"Ya, jadi saya setuju bahwa ada anak yang tidak suka dengan pangan lokal karena mereka tidak terbiasa, tapi bukan berarti lalu request anak-anak lalu dijawab oleh dapur, ya wislah.... Kalau request-nya cilok? Mati kita," urainya.

Selain itu, Dr. Tan juga mengungkap harapan agar MBG menyajikan makanan khas tradisional daerah.

"Alokasikan menu lokal 80 persen isi MBG di seluruh wilayah ya, saya pengin anak Papua bisa makan ikan kuah asam, saya pengin anak Sulawesi bisa makan kapurung," tandasnya.

(Tribunnews.com/Rizki A.)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan