Muktamar PPP
Asal Bukan Mardiono dan Harapan Ulama: Kontestasi Ketua Umum PPP di Muktamar ke-X
Romahurmuziy merespons munculnya narasi Asal Bukan Mardiono (ABM) jelang Muktamar PPP pada 27-29 September, mendatang.
Penulis:
Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy atau Rommy merespons munculnya narasi Asal Bukan Mardiono (ABM) jelang Muktamar PPP pada 27-29 September, mendatang.
Narasi itu digaungkan oleh sejumlah ulama dan kiai serta pengurus PPP pada acara forum silahturhami di pondok pesantren khas Kempek, Cirebon, jelang pemilihan Ketua Umum baru PPP pada forum Muktamar.
Menurut Rommy, narasi itu merupakan hal biasa dalam forum kontestasi pemilihan ketua umum. Bahkan, dia menilai mewakili harapan dan perasaan para ulama dan para Kiai.
Hal itu disampaikan Rommy saat sesi wawancara khusus dengan Tribunnews di Studio Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Selasa (23/9/2025).
“Disitu semua ulama menyampaikan pandangan-pandangan tentang PPP ke depan. Tapi kemudian akhirnya disimpulkan dengan satu bahasa tadi itu meminta dengan hormat kepada Pak Mardiono untuk berbesar hati tidak mencalonkan diri lagi sebagai ketua umum. Kenapa? Karena mengingat gagalnya ketika kepemimpinan PPP di bawah beliau untuk PPP bertahan di Parlemen,” kata Rommy.
Rommy juga menanggapi jika nantinya sosok yang terpilih kembali sebagai Ketua Umum PPP adalah Mardiono, dia akan mengambil sikap bersama para ulama dan kiai.
Baca juga: Majelis PPP Minta Mardiono Tak Maju jadi Calon Ketua Umum di Muktamar X, Berikut Alasannya
Dia pun menyinggung soal PPP yang harus berbenah jika ingin kembali masuk ke dalam Parlemen Senayan pada Pemilu 2029, mendatang.
Rommy pun pesimis jika sosok yang terpilih kembali adalah Mardiono.
Berikut petikan wawancara dengan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy alias Rommy bersama Tribunnews;
Tanya: Ada narasi yang menyebut soal Asal Bukan Mardiono?
Jawab: Saya malah kemarin baru denger di Jawa Barat, salah satu Kiai disana menyampaikan ATM. Apa itu ATM, Asal Tidak Mardiono. Itu kurang lebih sama. Sebenarnya itu narasi-narasi yang memang biasa dalam proses kontestasi. Tetapi sekaligus mewakili harapan dan perasaan para ulama dan para Kiai.
Tiga pekan yang lalu saya kebetulan mengikuti silaturahmi nasional alim ulama yang menghadirkan semua ketua majelis syariah PPP dari seluruh provinsi di Indonesia di pondok pesantren khas Kempek, Cirebon itu adalah Pondok Pesantren yang diasuh oleh ketua majelis syariah kita Mustafa Aqil Sirot. Disitu semua ulama menyampaikan pandangan-pandangan tentang PPP ke depan. Disimpulkan dengan satu bahasa tadi itu meminta dengan hormat Kepada Pak Mardiono untuk berbesar hati tidak mencalonkan diri lagi sebagai ketua umum. Kenapa? Karena mengingat gagalnya Ketika kepemimpinan PPP di bawah beliau untuk PPP bertahan di Parlemen.
Jadi saya kira seruan moral bukan seruan politis dan itu disampaikan oleh para ulama. Itulah kenapa kemudian muncul ABM, muncul ATM. Meskipun secara organisatoris, Pak Mardiono tetap memiliki hak tetapi kan seruan moral. Semuanya itu bahagian dari upaya korektif para senior terhadap perjalanan partai. Dan itulah yang muncul aspirasi itu.
Baca juga: Jelang Muktamar X, Kader PPP Sumatera Sambut Nama Calon Ketua Umum Epyardi Asda dan Agus Suparmanto
Tanya: Bagaimana kalau misalkan seandainya Pak Mardiono kembali terpilih?
Jawab: Tentu, kembali kepada sikap masing-masing. Kalau saya sendiri bisa mengambil kesimpulan pagi-pagi memang mengikuti para kiai kalau kiai pada waktu itu ditanya mau sukut, istilahnya sukut itu diam, tidak akan aktif lagi dalam kepengurusan di partai, dan tentu ini kan sebuah dalam tanda petik, bukan ancaman tapi statement yang harus kita hitung betul.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.