Program Makan Bergizi Gratis
Ragam Alasan BGN soal Penyebab Keracunan MBG: Dulu Buntut Masak Terlalu Lama, Kini karena SPPG Baru
BGN memberikan beberapa alasan berbeda terkait masih masifnya insiden keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa wilayah.
TRIBUNNEWS.COM - Keracunan terhadap siswa penerima Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai terus terjadi sejak pertama kali diresmikan pada 6 Januari 2025 lalu.
Terbaru, keracunan dialami oleh 251 siswa di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Rabu (17/9/2025) kemarin.
Dikutip dari Tribun Palu, keracunan diduga akibat olahan ikan cakalang dalam menu MBG yang disebut kondisinya sudah tidak layak konsumsi.
Masih di provinsi yang sama, peristiwa serupa juga terjadi di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulteng pada Selasa (16/9/2025).
Menurut sampel yang diambil oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Baubau, ada keterangan bahwa ayam yang disajikan berbau, berlendir, dan berbusa.
Terkait keracunan yang terjadi, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana sempat menyebut penyebabnya adalah adanya bahan baku makanan yang sudah tidak layak disajikan.
Baca juga: Banyak Siswa Keracunan MBG di Daerah, Ketua DPD Minta BGN Kurangi Jumlah Penerima Pada Setiap SPPG
Pernyataan Dadan ini mengomentari keracunan MBG yang terjadi pada medio Mei 2025 lalu yang terjadi di berbagai wilayah.
Selain itu, Dadan juga mengatakan penyebab terjadinya keracunan karena pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terlalu lama dalam memasak makanan dan diimbau untuk mempercepat prosesnya.
"Kejadian di Sukoharjo kemudian juga kejadian di Pali, Sumatra Selatan itu karena processing terlalu lama, termasuk di Bandung dan di Tasikmalaya sehingga kita meminta sekarang seluruh SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) memasaknya tidak terlalu lama antara waktu memasak dengan penyiapan," ujar Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di Senayan, Jakarta Pusat pada 21 Mei 2025 lalu, dikutip dari YouTube Parlemen TV.
Dadan juga menjelaskan peristiwa keracunan ketika itu lantaran makanan yang disjaikan tidak kunjung dikonsumsi oleh siswa.
Adapun penjelasan ini berkaca dari kasus keracunan MBG di Batang, Jawa Tengah, saat itu di mana siswa baru mengonsumsinya pada siang hari setelah mengikuti acara sekolah.
Dia mengungkapkan, berkaca dari kasus tersebut, maka diharapkan adanya peningkatan prtokol keamanan saat proses pengantaran makanan dari SPPG ke sekolah dan imbauan bagi sekolah agar segera mengonsumsi makanan MBG.
Selanjutnya, Dadan mewanti-wanti agar makanan segera diganti menu lain ketika rasa atau tekstur makanan sudah berubah.
Ia pun mewajibkan adanya uji organoleptik terkait tampilan, aroma, rasa, tekstur, dan lain-lain.
"Baik itu (keracunan MBG) di Bogor, di Cianjur, kemudian di Bandung, di Tasikmalaya, itu kejadiannya justru terjadi pada satuan-satuan pelayanan yang sudah 3-4 bulan melakukan distribusi makanan,"
"Jadi ada kesan bahwa ini menjadi kebiasaan dan kemudian kami putuskan agar melakukan penyegaran dan sekarang setiap dua bulan penjamah makanan tersebut kami kumpulkan untuk diberi pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilannya," beber Dadan.
Kini Sebut Penyebab Keracunan Imbas SPPG yang Baru Beroperasi
Pada hari ini, Dadan kembali memberikan penjelasan terkait keracunan MBG yang masih terjadi di berbagai wilayah.
Menurutnya, peristiwa tersebut bisa terjadi karena adanya SPPG yang masih baru beroperasi.
Adapun pernyataan Dadan ini berkaca dari peristiwa keracunan massal yang terjadi di Kabupaten Lebong, Bengkulu pada 27 Agustus 2025 itu.
Sebagai informasi, keracunan massal tersebut dialami oleh 456 orang. Bahkan, korban keracunan tidak hanya siswa tetapi juga dialami oleh guru, dikutip dari Tribun Bengkulu.
Berkaca dari peristiwa ini, Dadan pun berharap agar SPPG yang baru beroperasi agar tidak langsung ditugaskan untuk menyediakan makanan untuk ribuan orang.
“Makanya kami kemudian sarankan untuk SPPG baru mulainya bertahap, karena ibu-ibu yang biasa masak untuk empat orang sampai sepuluh orang itu belum tentu bisa masak langsung untuk 1.000 sampai 3.000 orang,” kata Dadan di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Dadan juga mengungkap soal kasus keracunan MBG yang terjadi di Maluku Barat Daya.
Dikutip dari Tribun Ambon, keracunan MBG dialami oleh puluhan siswa di SMP Negeri 1 Pulau Babar, Negeri Tepa, Kecamatan Babar Barat, Maluku Barat Daya, pada Kamis (11/9/2025) lalu.
Baca juga: Pelajar SMA Keluhkan Menu MBG di Sukabumi Bau: Nasi Berlendir
Menurut keterangan orang tua salah satu siswa, Jos Untayan, anaknya diduga keracunan setelah memakan ikan yang berada di menu MBG.
“Anak-anak yang dirawat kurang lebih 40 siswa kalau tidak salah. Gejalanya beda-beda. Dicurigai karena ikan yang mereka makan,” katanya.
Terkait peristiwa yang terjadi di Maluku Barat Daya, Dadan mengatakan penyebabnya karena adanya pergantian pemasok bahan baku.
Padahal, dia menuturkan di wilayah tersebut tidak pernah terjadi insiden keracunan sejak MBG pertama kali dilakukan pada Januari 2025 lalu.
"Kemarin kejadian karena mendapat informasi baru ganti supplier. Jadi bahan baku yang biasa dipasok oleh supplier yang rutin, karena ingin meningkatkan kearifan lokal diganti oleh supplier lokal yang mungkin belum siap," jelasnya.
Dadan mengakui kasus keracunan MBG masih terus terjadi di berbagai wilayah. Namun, dia menegaskan tetap optimis peristiwa tersebut tidak akan terjadi lagi.
Selain itu, sambungnya, program MBG tetap akan dilakukan dan ditargetkan harus bebas dari peristiwa keracunan.
"Ya tetap lah, MBG itu harus zero incident. Kita kan ingin membuat anak cerdas, sehat, kuat, ya harus makanannya dikonsumsi dengan baik dan tidak menimbulkan gangguan pencernaan," pungkasnya.
Sebagian artikel telah tayang di Tribun Bengkulu dengan judul "Korban Keracunan Massal MBG di Lebong Bengkulu Kembali Bertambah Jadi 456 Orang, Ini Rinciannya", di Tribun Ambon dengan judul "Lagi, Dugaan Keracunan MBG Dialami Puluhan Siswa SMP N 1 Pulau Babar MBD" dan tayang di Tribun Palu dengan judul "251 Pelajar Keracunan MBG di Banggai Kepulauan, 78 Orang Masih Dirawat"
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Nitis Hawaroh)(Tribun Bengkulu/M Rizki Wahyudi)(Tribun Ambon/Maula Pelu)(Tribun Palu/Asnawi Zikri)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.