Hari Pramuka
Hari Pramuka 14 Agustus 2025 Apakah Libur? Cek SKB 3 Menteri
Setiap tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka. Namun apakah hari pramuka, 14 Agustus 2025 merupakan hari libur?
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Endra Kurniawan
Angka "64": Angka ini menjadi elemen utama dan dibuat menyerupai pita yang mengalir.
Desain ini memberikan kesan pergerakan yang dinamis dan modern, menegaskan bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi yang terus bergerak maju, beradaptasi, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Bentuk pita yang tidak terputus melambangkan kontinuitas dan kesetiaan Pramuka dalam membina generasi muda selama lebih dari enam dekade.
Tulisan "PRAMUKA":
Kata "PRAMUKA" ditulis dengan huruf yang tegas dan kuat, menopang angka "64" sebagai elemen visual utama.
Warna Logo yang Penuh Makna
Logo ini memadukan tiga warna utama, masing-masing dengan makna simbolis:
- Merah: Melambangkan keberanian, semangat pantang menyerah, dan jiwa patriotisme anggota Pramuka untuk menghadapi tantangan, berkarya nyata, dan menjaga keutuhan NKRI.
- Putih: Melambangkan kesucian hati dan niat luhur Pramuka dalam membina generasi muda yang berkarakter, berintegritas, dan siap mengabdi.
- Hitam: Mewakili ketegasan, kekuatan, dan keteguhan prinsip Pramuka dalam menjalankan Dasa Darma dan Tri Satya.
Identitas Pramuka yang Terjaga
Meskipun memiliki desain modern, logo ini tetap mempertahankan identitas utama Gerakan Pramuka dengan menyertakan lambang Tunas Kelapa dan Fleur de Lys (lambang WOSM).
Keberadaan kedua lambang ini menjadi penanda kontinuitas identitas Pramuka yang kuat di tengah arus modernisasi.
Baca juga: Kata-kata Motivasi untuk Peringatan Hari Pramuka 2025, Lengkap dengan Sejarahnya
Sejarah Hari Pramuka

Pada masa penjajahan Belanda, gerakan kepanduan pertama kali muncul di Indonesia dengan nama Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) pada tahun 1912.
Gerakan ini kemudian diikuti oleh lahirnya berbagai organisasi kepanduan lain yang berbasis agama, suku, dan nasionalisme.
Namun, pemerintah Hindia Belanda melarang penggunaan istilah padvinder (pemandu) untuk organisasi kepanduan di luar milik mereka.
Maka, para pemimpin gerakan kepanduan Indonesia mengganti istilah tersebut menjadi Pandu atau Kepanduan.
Pada masa pendudukan Jepang, semua organisasi kepanduan dilarang untuk beroperasi.
Setelah kemerdekaan, gerakan kepanduan kembali aktif.
Namun, jumlahnya yang terlalu banyak (lebih dari 100 organisasi) membuat persatuan sulit terwujud.
Para tokoh kepanduan Indonesia pun menyadari perlunya satu wadah tunggal untuk menyatukan semua gerakan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.