Selasa, 7 Oktober 2025

Kapuskersin TNI: Diplomasi Militer Menjadi Cermin Kehormatan Bangsa

Diplomasi militer juga dipandang sebagai instrumen strategis yang membangun mutual trust sekaligus mempertahankan otonomi nasional.

|
Penulis: Gita Irawan
HO/Ist
PUSKERSIN TNI - Kepala Pusat Kerja Sama Internasional (Puskersin) TNI, Laksamana Pertama TNI Donny Suharto, memimpin Rapat Koordinasi Teknis Kerja Sama Internasional (Rakornis Kersin TNI) Tahun Anggaran 2025 di Aula Bhinneka Eka Bhakti, Mako Akademi TNI, Cilangkap pada Rabu (6/8/2025). Ia menekankan diplomasi militer adalah cerminan kehormatan bangsa. (Istimewa) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Kerja Sama Internasional (Puskersin) TNI, Laksamana Pertama TNI Donny Suharto, memimpin Rapat Koordinasi Teknis Kerja Sama Internasional (Rakornis Kersin TNI) Tahun Anggaran 2025 di Aula Bhinneka Eka Bhakti, Mako Akademi TNI, Cilangkap pada Rabu (6/8/2025).

Puskersin TNI adalah unit pelaksana pusat di bawah Panglima TNI yang bertugas:

  • Merumuskan dan mengoordinasikan kerja sama internasional TNI
  • Menyusun perjanjian bilateral dan multilateral dengan angkatan bersenjata negara lain
  • Mengelola kunjungan resmi dan diplomasi militer

Dalam sambutannya, Donny menegaskan diplomasi militer adalah cerminan kehormatan bangsa. 

Ia juga menekankan di tengah rivalitas kekuatan besar dan ancaman non-tradisional, TNI harus mampu mengartikulasikan kepentingan nasional lewat jalur kerja sama internasional yang tangguh, bermartabat, dan strategis.

"Kita hadir bukan untuk menakuti, tetapi meneguhkan perdamaian. Kita berdiri bukan untuk mengancam, tetapi menjaga kehormatan bangsa," tegas Donny dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com pada Rabu malam (6/8/2025).

Sejak menjabat Donny tercatat menginisiasi sejumlah langkah penting dalam memperkuat jejaring diplomasi pertahanan Indonesia.

Alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) 1996 dari Korps Pelaut ini pernah memimpin pelaksanaan Military Attaché Gathering 2024 yang mempertemukan atase pertahanan dari negara-negara sahabat dengan pelaku industri pertahanan RI. 

Selain itu, ia juga mempererat komunikasi dengan sejumlah mitra, serta aktif mempromosikan keterlibatan TNI dalam berbagai forum. 

Donny juga tercatat sebagai salah satu lulusan terbaik Warfare and Strategy Course (WSC), sebuah program pendidikan strategis yang digagas oleh Menteri Pertahanan saat itu yakni Prabowo Subianto. 

"Indonesia membutuhkan insan-insan tangguh, berwawasan global namun berjiwa Merah Putih. Kalian adalah pahlawan zaman ini, penjaga peradaban yang menjembatani diplomasi dan pertahanan," pungkas Donny dalam amanat penutupnya.

Rakornis menghadirkan dua narasumber utama yang menghadirkan perspektif strategis dan akademik yakni Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI Vahd Nabyl A Mulachela dari Kementerian Luar Negeri RI dan pakar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah.

Dalam diskusi, Nabyl menyoroti pentingnya integrasi antara kekuatan militer dan diplomasi. 

Menurut dia tantangan kawasan yang semakin kompleks menuntut koordinasi yang kuat antara TNI dan Kemenlu dalam membangun kepercayaan strategis dan menjaga posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah yang disegani. 

“Di era geoekonomi dan geopolitik yang saling bertumpuk, kekuatan militer dan diplomasi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Kekuatan TNI dan kepiawaian diplomasi Kementerian Luar Negeri harus menjadi satu tarikan napas,” ungkap dia.

Sementara itu, Teuku Rezasyah menegaskan pentingnya peran TNI dalam menjembatani kepentingan politik luar negeri Indonesia dengan kebutuhan stabilitas kawasan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved