PSI Gelar Pemilu Raya
Betapa PSI Membutuhkan Jokowi, Kongres Partai di Solo Sudah Jadi Tanda
Betapa PSI membutuhkan Jokowi sudah dapat terlihat secara keseluruhan dari Kongres yang digelar selama dua hari di Solo pada akhir pekan kemarin.
TRIBUNNEWS.COM - Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025 telah selesai digelar. Adapun acara yang digelar selama dua hari, Sabtu (19/7/2025) dan Minggu (20/7/2025), di Solo, Jawa Tengah itu telah menelurkan beberapa langkah bagi partai ke depannya.
Di antaranya adalah hasil pemilihan Ketua Umum PSI periode 2025-2030 yang dimenangkan oleh petahana, yaitu Kaesang Pangarep.
Dia menang dari rivalnya, Ronald Aristone Sinaga dan Agus Mulyono Herlambang, dengan raihan 65,28 persen suara.
Adapun menangnya Kaesang diumumkan dalam Kongres PSI hari pertama di Graha Saba Buana, Kecamatan Sumber, Solo, Jawa Tengah.
Selain itu, adapula hal lain yang cukup menjadi sorotan dalam kongres tersebut yakni terkait betapa pentingnya keluarga dari Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) bagi PSI.
Hal ini disampaikan oleh pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina PSI, Jeffrie Geovanie, saat memberikan sambutan.
Bahkan, Jeffrie sampai mengultimatum para kader agar 'gulung tikar' jika tidak bisa menggandeng keluarga Jokowi.
"Saya pernah menyampaikan kepada teman-teman semua ketika itu, Raja Juli Antoni, Grace (Natalie), (Andi) Saiful Haq, Endang Tirtana. Kalau kalian nggak dapat anaknya Pak Jokowi, atau menantunya Pak Jokowi, atau Pak Jokowi sendiri, partai kita akan turun perolehan suaranya dan itu adalah tahun terakhir kita ber-PSI," ujarnya.
Baca juga: Pernyataan Jokowi Full Dukung Penuh PSI, Isyarat Kuat Bakal Gabung dan Menjadi Kader?
Demi PSI tidak 'gulung tikar', Jeffrie menyebut sampai mengultimatum para elite agar bisa menggaet Jokowi atau keluarganya hingga tahun 2024.
Dia menegaskan hal itu perlu demi menjaga asa PSI untuk bisa melenggang ke parlemen.
Bahkan, Jeffrie sampai meminta Wakil Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, bila perlu menangis di depan Jokowi agar dia atau keluarganya mau bergabung.
"Bayangkan waktu kita begitu pendek dan kita cuma punya nol koma (suara). Jadi tidak ada pilihan ketika itu, dengan cara apapun, kalau perlu saya bilang kepada Grace 'nangis sekencang-kencangnya saat ketemu Pak Jokowi, apalagi partai ini didirikan karena kecintaan kita kepada dia, nangislah Grace' saya bilang," jelasnya.
Singkat cerita, PSI pun berhasil menggaet putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, pada September 2023. Bahkan, langsung diberikan karpet merah dengan menjabat sebagai ketua umum dua hari setelah resmi menjadi anggota.
Sinyal Jokowi Ikut Gabung seperti sang Anak, Bakal Kerja Keras untuk PSI
Bak gayung bersambut, isu Jokowi bakal bergabung ke partai yang dipimpin anaknya itu semakin santer terdengar menjelang Kongres PSI 2025 di Solo.

Salah satunya terkait wacana Jokowi menjadi Dewan Pembina PSI. Namun, hingga kongres berakhir, tidak ada kejelasan apakah Jokowi sudah resmi menjadi anggota PSI atau menjabat sebagai dewan pembina.
Kaesang pun enggan menjawab soal isu tersebut. Dia menegaskan bergabungnya Jokowi atau tidak ke PSI menunggu selesainya pembentukan DPP dan tim formatur.
"Semua akan lebih jelas ketika pembentukan DPP dengan tim formatur yang membantu saya untuk membentuk semua struktur," kata Kaesang saat penutupan Kongres PSI 2025 di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025).
Namun, sebelum digelarnya penutupan kongres, Jokowi memang sempat berpidato saat kongres PSI hari pertama di Graha Saba Buana, Sumber, Solo, Jawa Tengah.
Dalam pidatonya, Jokowi berbicara soal arahan bagi PSI dalam menghadapi Pemilu 2029.
Salah satunya dirinya akan mendukung dan bekerja keras untuk kesuksesan PSI. Namun, belum diketahui apakah hal tersebut menjadi wujud bergabungnya Jokowi ke PSI atau tidak.
"Sehingga, saya akan mendukung PSI!" teriak Jokowi yang disambut tepuk tangan dari peserta kongres.
"Oleh untuk itu, saya akan bekerja keras untuk PSI," sambungnya.
Bergantungnya PSI Belum Tentu Dibalas oleh Jokowi
Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, menegaskan bentuk kehadiran Jokowi ke Kongres PSI pada Sabtu lalu menjadi wujud kedua pihak memang tidak bisa dipisahkan.
Ray menegaskan hal itu semata-mata demi mendongkrak langkah PSI di Pemilu 2029 mendatang.
"Kehadiran Pak Jokowi dalam kongres menyiratkan hubungan timbal balik yang kuat antara PSI dengan Pak Jokowi. Lepas dari di dalamnya ada Kaesang, anak bungsu Pak Jokowi."
"Bagi PSI, melekatkan diri dengan Pak Jokowi adalah sangat penting untuk membawa partai ini melejit pada Pemilu 2029 yang akan datang," katanya dalam keterangan tertulis kepada Tribunnews.com, Senin (21/7/2025).
Namun, Ray menilai, meski sudah ada Kaesang di PSI, dia menduga Jokowi belum tentu juga memiliki keinginan yang sama untuk bergabung.
Menurutnya, hal tersebut tidak terlalu baik untuk langkah politik keluarga Jokowi.
"Oleh karena itu, asosiasi PSI dengan Pak Jokowi akan tetap dijaga dan dirawat terus. Tapi, belum tentu Pak Jokowiakan bergabung di dalamnya sebab menumpuk keluarga Pak Jokowi dalam satu partai tidak akan strategis bagi politik keluarga Pak Jokowi," ujarnya.
Di sisi lain, Ray menganggap langkah PSI yang sempat disampaikan Jeffrie terkait menggaet keluarga Jokowi untuk bergabung justru bisa menjadi bumerang untuk partai.
Menurutnya, hal itu berbanding terbalik dengan tagline PSI, yaitu Partai Super Tbk, yang bermakna bahwa partai bukanlah milik segelintir keluarga.
"Dan akan mengaburkan makna Partai Super Terbuka PSI di mana di dalamnya disebut bukan kepemilikan keluarga. Maka, jika Pak Jokowi masuk ke dalamnya, akan terlihat tidak konsisten," tegasnya.
PSI Memang Disiapkan untuk Jokowi

Sementara, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, mengungkapkan kehadiran Jokowi menjadi pembicara saat kongres menjadi wujud, PSI memang disiapkan untuk kendaraan politik eks Wali Kota Solo tersebut.
"Ketika forum hari ini (Sabtu lalu), ada pesan kebangsaan dari Jokowi yang notabene bukan kader resmi, ini kan jelas partai ini sebenarnya adalah eksposure dan karpet merah yang sengaja dipersiapkan PSI untuk Jokowi."
"The one and only partai ini kiblat politiknya hanyalah Jokowi," ujarnya kepada Tribunnews.com, Senin.
Ade juga mengatakan PSI menjadi alat Jokowi ketika dia mendapat kecaman atau kritikan dari publik. Menurutnya, para kader partai berlambang gajah berkepala merah itu akan pasang badan.
Hal itu sudah mulai terlihat sejak Jokowi dipecat dari PDIP pada Desember 2024 lalu, karena dianggap mendukung Prabowo Subianto saat Pilpres 2024.
Adapun nasib serupa juga dialami oleh putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, karena menjadi pendamping Prabowo serta menantunya, yakni Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Bobby Nasution, yang mendukung Prabowo-Gibran pada pilpres tahun lalu.
"Memang sejak ada konflik politik antara Jokowi dengan PDIP, per hari ini juga, kader-kader PSI dan termasuk elite-elite PSI adalah mereka yang pasang badan menjadi garda depan dari bully dan kritikan manapun," ujar Ade.
"Pasca-pilpres, sangat kelihatan sekali di media sosial, media mainstream, dan debat-debat terbuka, yang selalu memberikan dukungan secara total dengan Pak Jokowi tidak ada partai yang lain selain PSI," sambungnya.
Namun, berbeda dengan Ray, Ade melihat PSI dan keluarga Jokowi diibaratkan saling membutuhkan dalam konteks politik.
Sehingga, dia menilai tidak ada hal yang bisa memisahkan antara PSI dan Jokowi.
"Inilah yang saya sebut Jokowi dan PSI adalah dua sisi yang tidak dipisahkan, ini semacam mutual interesting. Saling menguntungkan dan juga membutuhkan satu sama lain," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.