Senin, 6 Oktober 2025

Dewan Nasional Kesejahteraan Sosial Dorong Transformasi Pola Pikir untuk Perangi Kemiskinan

Wakil Ketua Umum DNIKS, Dian Novita Susanto, menggarisbawahi pentingnya keterampilan berpikir memutus rantai kemiskinan.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Handout/IST
PERANGI KEMISKINAN - Wakil Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Dian Novita Susanto (kiri) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki usia ke-58 tahun, Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) menegaskan komitmennya untuk terus menjadi katalisator dalam perjuangan mencapai kesejahteraan sosial di Indonesia. 

Dalam acara syukuran dan peluncuran buku "DNIKS Dari Masa ke Masa 17 Juli 1967–17 Juli 2025", Wakil Ketua Umum DNIKS, Dian Novita Susanto, menggarisbawahi pentingnya keterampilan berpikir sebagai kunci untuk memutus rantai kemiskinan struktural yang masih melanda sebagian masyarakat.

"Alhamdulillah DNIKS telah berdiri selama 58 tahun dan syukuran kali ini menjadi momentum bagi DNIKS lahir sebagai katalisator dalam memperjuangkan kesejahteraan sosial," ujarnya dalam kegiatan yang berlangsung di Kantor DNIKS, Jakarta Pusat, Jumat (18/7/2025).

Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan HUT DNIKS ke-58 yang puncaknya akan dihelat di Kementerian Sosial pada 25 Juli mendatang. Dian, yang didampingi oleh Ketua Umum DNIKS Effendy Choirie (Gus Choi), Waketum Hendratmoko, dan Ketua BPA Siswadi Abdurrochim, menyatakan bahwa DNIKS mendorong masyarakat agar tidak terjebak pada cara berpikir pasrah atas nasib.

"DNIKS ingin mendobrak mindset bahwa rasa syukur, ikhlas dan sabar bukan berarti pasrah menerima nasib. Artinya cara pemikiran lama ini harus dibuang, karena nasib itu bisa diubah dengan semangat berikhtiar (usaha)," ucapnya.

Ia juga menekankan bahwa perubahan kesejahteraan tak akan tercapai tanpa pembebasan pola pikir dari kemiskinan

"Bagaimana mau sejahtera, kalau pikirannya saja belum merdeka dan sejahtera. Jadi mendobrak mindset ini sangat penting, harus usaha dan berani hadapi tantangan," ujarnya.

Menurutnya, perubahan mindset menjadi bagian dari Asta Bhakti DNIKS, yaitu menciptakan gagasan-gagasan baru secara berkelanjutan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi. 

Dian, juga mengaitkan angka 58 secara simbolis dengan kebebasan dan kekuatan. 

"Maka momentum 58 tahun ini, ketika dikaitkan dengan kesejahteraan adalah sebagai proses transisi yang membawa masyarakat menuju kemapanan ekonomi dan hidup yang sejahtera. Jadi sesuai dengan motto DNIKS: Sejahtera Untuk Semua," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Mulyadin Permana, Ketua Tim Penulisan Buku DNIKS dari Masa ke Masa, mengungkapkan tantangan dalam merampungkan buku sejarah DNIKS tersebut. 

Minimnya dokumentasi sejarah membuat timnya harus melakukan revisi berkali-kali demi menyajikan informasi yang lengkap.

"Artinya, dengan selesainya buku ini, diharapkan masyarakat bisa memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap lagi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum DNIKS Effendy Choirie menuturkan bahwa acara syukuran diselenggarakan secara sederhana sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mengurangi kegiatan seremonial berlebihan. 

"Acaranya hanya potong tumpeng, lalu doa bersama untuk para deklarator dan para pemimpin DNIKS terdahulu yang sudah berjasa dan mengabdi untuk DNIKS," jelasnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved